UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography text id" with value "Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar, Bali, 24 Juli 1921. Ia adala". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 25 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • I Putu Gedé Raka Prama Putra  + (I Putu Gedé Raka Prama Putra atau yang biaI Putu Gedé Raka Prama Putra atau yang biasa dikenal dengan Tudékamatra dari karya-karyanya lahir di Gianyar, pada Selasa, 18 Désémber 1990. Walaupun masih muda, tetapi ia salah satu pengarang yang mempertahankan sastra Bali modérn. Pengarang lulusan Fakultas Ékonomi Universitas Mahéndradatta ini belajar menulis sejak masih sekolah di SMAN 1 Blahbatuh. Karangan-karangannya pernah diterbitkan di Majalah Éksprési, Majalah Satua, Bali Orti (Bali Post), Bali Post, Pos Bali, Médiaswari (Pos Bali), dan Dénpost. Bukunya yang sudah dikeluarkan adalah : </br>Padang Tuh (Puisi, 2013),</br>Belog (Kumpulan Cerita Pendek, 2014), </br>Ombak Raré Bali (Puisi, 2015). </br>Sekarang Ia bekerja sebagai wartawan di Pos Bali dan menjadi rédaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali.di rédaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali.)
  • I Putu Karang Adi Saputra  + (I Putu Karang Adi Saputra, lahir di AbiansI Putu Karang Adi Saputra, lahir di Abiansemal, 9 Juni 1985. Sejak 2003 aktif dalam sejumlah pameran bersama, antara lain pameran bersama “Maestro Seni Lukis Bali” di Bali Post, Denpasar (2007); “Kelompok 72” di Galeri Paros, Sukawati (2007), pameran “Bersama Dosen ISI Denpasar” di Neka Art Museum Ubud (2008), pameran di LV 8 Hotel bersama Sanggar Mangu Rupa Badung (2018), “Merdeka dalam Ekspresi” di Taman Budaya Bali (2019).lam Ekspresi” di Taman Budaya Bali (2019).)
  • I Putu Pradnyana Anggara  + (I Putu Pradnyana Anggara adalah seorang saI Putu Pradnyana Anggara adalah seorang sastrawan muda kelahiran Kuta, )4 Juli 2000. Saat Ini beliau beralamat di Jl. Raya Semat, Gg. Jalak Xll/7, Br. Pelambingan, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. Beliau merupakan putra dari pasangan (ayah) I Made Widia, S.Ag , M.Si dan (ibu) Ni Wayan Murtini.</br>Adapun riwayat pendidkan beliau adalah: </br>1. TK Indraprasta Kuta</br>2. SDN 2 Tibubeneng</br>3. SMPN 1 Kuta Utara</br>4. SMAN 2 Mengwi </br>5. UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (hingga sekarang)i Bagus Sugriwa Denpasar (hingga sekarang))
  • I Putu Sudiana Bonuz  + (I Putu Sudiana alias Bonuz adalah perupa kI Putu Sudiana alias Bonuz adalah perupa kelahiran Nusa Penida, Klungkung, Bali, 30 Desember 1972. Sejak kanak dia telah tertarik dengan seni lukis. Saat di kampungnya, dia sering diminta melukis bagian dinding perahu (jukung) nelayan. Setelah menamatkan SMP di kampung halamannya, dia melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Batubulan, Bali. Pada tahun 1995, dia melanjutkan pendidikan seni rupanya di ISI Denpasar, hingga tamat. Selain melukis, dia juga membuat seni instalasi, bermain musik, dan menulis puisi. Bonuz telah banyak memamerkan lukisan-lukisannya yang bergaya abstrak, antara lain:</br></br></br>Solo exhibitions</br>2018 A Land to Remember. Santrian Gallery, Sanur Bali</br>2017 Tetabuhan-tatabumi, Bidadari Art Space. Mas,Ubud-Bali</br>1015 Because Life is Delicious at Kubu Art Space. Ubud.</br>2014 Magic Sound at Maya Galerry. Singapore.</br>2013 Be Happy, water color paintings at Sand Fine Art Gallery. Sanur-Bali.</br>2012 Harmony, at Rumah Seni Maestro Art Space. Sanur-Bali</br>2011 Inside of Bonuz at Tony Raka Gallery. Mas,Ubud-Bali</br>2011 Refleksi Nafas, at Hitam-Putih art Space. Sangeh-Bali.</br>2008 Pleading Life’s Tenacity at Kemang Village. Jakarta.</br>2006 Journey of the Soul at Relish Café and Pool. Jakarta.</br>2003 Esensi Abstrak at Art Centre Denpasar. Bali.</br>2003 Universal Spirit at Jenggala Keramik Jimbaran. Bali.</br>2000 Melintas Batas at Merah-Putih Forum. Denpasar Bali.</br></br></br>Selected Group exhibitions</br>2018 NU-Abstract at Langgeng Art Foundation, Jogjakarta</br>2018 B to B #2, Komaneka Gallery, Ubud Bali</br>2018 at Gedung DPR/MPR RI, Kemayoran Jakarta</br>2017 ColourFul at Hadiprana Gallery, Jakarta.</br>2017 AtUH Art the Universal Habit by Militant Arts, Santrian Gallery Sanur Bali</br>2017 B to B at Raos Gallery, Kota Batu. Malang.</br>2017 The grand opening VIP Fine Arts, Jakarta.</br>2016 Ubud Writer Bali</br>2016 Militant for Happiness at CLC. Krobokan Bali</br>2015 Violent Bali atTonyraka Gallery. Mas-Ubud Bali</br>2015 SoulScape in Progress at Bentara Budaya Bali</br>2015 Ulu Teben Militant Arts at Bentara Budaya Bali.</br>2015 Sama-sama. Indonesia, Malaysia, Philipina at Bentara Budaya Bali.</br>2014 Rel(ART)ionship at Sangkring Art Space. Jogjakarta.</br>2014 Malaysia Contenporary Art Tourism at Kuala Lumpur, Malaysia.</br>2014 Tandur: Menyemai diri at Bentara Budaya Bali.</br>2013 Encore at Maya Gallery. Singapore.</br>2013 ASIA Contemporary Art Fair at Luxe Art Musium. Singapore.</br>2013 Golden Harvest at Hadiprana Gallery. Jakarta</br>2012 An Artistic Journey at Sudamala art space. Sanur-Bali.</br>2012 Dialogue II at Gaya art space with G-13 Gallery. Sayan-Ubud, Bali</br>2012 The Journey of Gallery Hadiprana. Jakarta.</br>2011 Dialogue I at G-13 Gallery. Kuala Lumpur,Malaysia</br>2010 Return of the Abstraction atTony Raka Gallery. Mas-Ubud, Bali.</br>2010 Gerakan Abstrak Indonesia atTaman Budaya Yogyakarta.</br>2010 Behind the funny make-up at Hadiprana Gallery. Jakarta.</br></br></br>Awards</br>1999 Semi Final of The Philip Morris Art Award VI From YSRI , </br>Jakarta</br>1995, 1997, 1998 The Best Artwork from Kamasra, STSI Denpasar. Best Artwork from Kamasra, STSI Denpasar.)
  • I Putu Sukreta Suranta  + (I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung,I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung, 11 April 1938. Ia adalah seorang perwira tinggi angkatan darat dari Bali dan pejabat pemerintahan. Ia merupakan salah satu tokoh organisasi Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Paguyuban Ngesti Tunggal. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan ke Akademi Militer Nasional di Magelang. Setelah lulus, ia diangkat sebagai letnan dua pada tahun 1961. </br></br>Sepanjang karirnya di militer, ia memegang berbagai posisi strategis seperti Wakil Komandan Kontingen Garuda VII dan Asisten Operasi Kepala Staf Kodam Jaya. Ia meraih pangkat brigadir jenderal sekitar tahun 1986 dan menjadi Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat. Ia dipromosikan menjadi mayor jenderal sekitar dua tahun kemudian dan menjadi Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat pada 17 Maret 1988. Ia kemudian diangkat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada 21 Oktober 1989. Ia digantikan dari jabatannya pada 16 April 1993 dan pensiun dari militer beberapa bulan kemudian. </br></br>Setelah pensiun dari militer, ia diangkat sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Keamanan pada 24 April 1993.] Pengangkatannya sebagai inspektur jenderal departemen di luar kelaziman, karena posisi ini biasanya dipegang oleh perwira militer aktif bintang tiga. Oleh karena setelah pensiun dari militer, pemerintah memutuskan untuk menaikkan pangkatnya menjadi letnan jenderal kehormatan pada 1 September 1997. Ia digantikan oleh Farid Zainuddin pada tahun 1998. </br></br>Ia kemudian diangkat oleh Presiden BJ Habibie menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada 13 Juni 1998 dan menjadi Wakil Ketua Komisi Kesejahteraan Rakyat di DPA. </br></br>Ia terpilih sebagai Ketua Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) pada Mahasabha PHDI ke-7 yang berlangsung pada bulan September 1996. Sebelumnya, sejak tahun 1992, ia sudah mewakili PHDI di MPR. Ia juga menjadi penasehat Himpunan Pemuda Hindu Indonesia dan Prajaniti Hindu Indonesia. Selain itu, ia juga pernah menjadi anggota organisasi spiritual Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). </br></br>Ia meninggal dunia di Jakarta Selatan pada Jumat, 16 September 2022 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.)
  • I Putu Swaryandana Ichi Oka  + (I Putu Swaryandana Ichi Oka atau akrab disI Putu Swaryandana Ichi Oka atau akrab disapa Ryan tumbuh besar di Banjar Pande, Desa Sayan, Ubud. Ryan adalah seorang komposer muda yang saat ini menempuh pendidikan master di Institute Seni Indonesia, Denpasar. Komposer muda ini aktif berkesenian di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud. Sebagian besar karya-karya Ryan mencerminkan gaya tradisi yang kental seperti Swasti Prapta (untuk komposisi tari) dan Sundih, namun ada bebapa karyanya yang lebih kontemporer seperti Su3lim (instrumental) dan Kalatalaraga (body music). Karya-karya Ryan dapat dinikmati di YouTube Channel : Ryan Swaryandana.ati di YouTube Channel : Ryan Swaryandana.)
  • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (I Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seorI Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seorang seniman dan cendekiawan Indonesia. Ketertarikan Putu berakar pada gamelan, improvisasi, dan musik metal, dengan fokus utama pada aktivitas adrenalin tinggi, perwujudan, dan teori kosmologi. Karya musiknya secara langsung menyoroti urgensi kinerja dalam kondisi fisik puncak, yang memprovokasi praksis mikro-temporalitas. Putu telah tampil dengan gamelan dan ansambel improvisasi di seluruh Amerika Serikat dan Indonesia; terakhir dengan Gamelan Pandan Arum dari Los Angeles, Gamelan Tunas Mekar di Denver, dan Sanggar Manik Galih di Bali. Ia juga bertindak sebagai direktur ansambel gamelan di Sekolah Museum San Diego serta Universitas San Diego. Putu menyandang gelar B.A. dari Universitas Colorado Colorado Springs dalam Seni Visual dan Pertunjukan dan MA dari Universitas California San Diego dalam Studi Integratif. Dia baru saja memulai gelar Ph.D. program di University of Illinois Urbana-Champaign dalam bidang etnomusikologi di mana ia berencana untuk melanjutkan studinya dalam musik baru dan gamelan.kan studinya dalam musik baru dan gamelan.)
  • I Putu Udiyana Wasista  + (I Putu Udayana Wasista adalah seorang doseI Putu Udayana Wasista adalah seorang dosen pada Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Bali. Udayana banyak menulis mengenai topik-topik terkait arsitektur dan eco-design yang dipublikasikan pada jurnal-jurnal ilmiah lokal maupun regional.urnal-jurnal ilmiah lokal maupun regional.)
  • I Wayan Aris Sarmanta  + (I Wayan Aris Sarmanta, lahir di Gianyar, 8I Wayan Aris Sarmanta, lahir di Gianyar, 8 April 1995. Sejak 2011 aktif berpameran, antara lain di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Allcaps Gallery, Bentara Budaya Bali, Titian Artspace Ubud, Paradiso Ubud, Griya Santrian Gallery, Bale Banjar Sangkring Jogja. Pada 2017 dia menggelar pameran tunggal “Rebirth” di Titian Art Space, Ubud. Dia meraih Penghargaan Nine Finalist Titian Prize 2017 dan Winner of Titian Prize 2018.rize 2017 dan Winner of Titian Prize 2018.)
  • I Wayan Arya Bisma  + (I Wayan Arya Bisma seorang musisi dan kompI Wayan Arya Bisma seorang musisi dan komposer muda yang tumbuh besar di Pujung Kelod, Sebatu, Gianyar. Saat ini Bisma masih menempuh pendidikan sarjana di Institute Seni Indonesia Denpasar. Bisma aktif sebagai penabuh dan komposer di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud.i Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud.)
  • I Wayan Bendi  + (I Wayan Bendi, lahir tahun 1950 di Desa BaI Wayan Bendi, lahir tahun 1950 di Desa Batuan, Gianyar, Bali. Dia belajar melukis pada ayahnya, Wayan Taweng. Dia adalah salah satu ikon seni lukis gaya Batuan yang sangat popular di kalangan kolektor. Karya-karyanya sangat kuat menampilkan gaya Batuan dengan tema-tema kontemporer. Dia telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri, seperti Museum Rudana, ARMA, Museum Puri Lukisan, Museum Neka, Museum Fukuoka Jepang, Bentara Budaya Bali, Taman Budaya Bali, Singapura, Amerika, dan sebagainya. Ciri khas lukisannya adalah kecenderungan menggunakan warna oker dan munculnya ikon pesawat terbang dan helikopter yang berpadu dengan suasana pedesaan Bali. Dia banyak melukiskan perkembangan Bali dengan pariwisatanya yang riuh padat. Dia adalah pelukis yang sangat produktif. Prinsip hidupnya adalah melukislah terus selagi masih bernafas. Dia meninggal pada tanggal 15 Juli 2020 karena penyakit diabetes.gal 15 Juli 2020 karena penyakit diabetes.)
  • I Wayan Diana  + (I Wayan Diana, lahir di Batuan, 1977. PernI Wayan Diana, lahir di Batuan, 1977. Pernah berpameran di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Museum Neka, Griya Santrian Gallery, dll. Dia meraih penghargaan sebagai Finalis Jakarta Art Award (2008 dan 2010), Finalis UOB Painting Of The Year (2012, 2013, 2014). Dengan teknik melukis gaya Batuan, lukisan-lukisannya banyak menyuarakan kritik sosial.kisannya banyak menyuarakan kritik sosial.)
  • I Wayan Dibia  + (I Wayan Dibia lahir di Singapadu, Gianyar,I Wayan Dibia lahir di Singapadu, Gianyar, Bali, 12 April 1948. Sejak 1999, ia menjadi guru besar (profesor) koreografi di ISI Denpasar. Ia juga terkenal karena karyanya dalam seni tari kecak, seperti Kecak Subali dan Sugriwa (1976), Kecak Dewa Ruci (1982). Ia pernah berkolaborasi dengan Keith Terry menciptakan "The famous Body Tjak" (1990). </br></br>Sebagai seniman tari, ia sangat terkenal di tingkat internasional. Dalam bidang tari, ia menciptakan Tari Manuk Rawa bersama I Wayan Beratha tahun 1981, Tari Puspa Wresti, Tari Wirauda, dll. Ia mendapatkan anugerah seni “Padma Shri Award” (2021) dari Pemerintah India atas dedikasinya dalam menjalin karya seni antara budaya Bali dan India. Pada tahun 1969, ia pertama kali tampil di India dengan tari Hanoman.</br></br>Selain menciptakan puluhan karya seni tari, ia juga menulis sejumlah buku, di antaranya “Dramatari Gambuh dan Tari-Tarian yang Hampir Punah di Beberapa Daerah di Bali (1979), “Kecak, the Vocal Chant of Bali” (2000), “Balinese Dance, Drama, and Music: a Guide to the Performing Arts of Bali” (2012), “Tari Komunal” (2015), “Kecak: Dari Ritual ke Teatrikal” (2017), “Arja Anyar” (2017), “Tari Barong Ket: Dari Kebangkitan Menuju Kejayaan” (2018). Pada tahun 2021 ia menerbitkan lima buku puisi bertajuk “Puitika Tari”. Ia juga menulis buku puisi berbahasa Bali, antara lain berjudul “Kali Sengara”. Ia juga menulis novel tentang penari berjudul “Bintang Panggung” (2023).</br></br>Tahun 2022, ia menerima anugerah “Bali Jani Nugraha” dari Gubernur Bali. Buku puisi berbahasa Bali-nya “Kali Sengara” meraih anugerah “Rancage” dari Yayasan Kebudayaan Rancage (2023).e” dari Yayasan Kebudayaan Rancage (2023).)
  • I Wayan Gunayasa  + (I Wayan Gunayasa lahir di Desa Ulakan, ManI Wayan Gunayasa lahir di Desa Ulakan, Manggis, Karangasem pada 3 Agustus 1967. Dia seorang wiraswasta dan fotografi adalah salah satu hobinya. Dia juga terlibat dalam kegiatan sosial, misalnya untuk anak-anak disabilitas dan yatim piatu dan juga ikut dalam memerangi sampah plastik. Foto-fotonya pernah dimuat di beberapa majalah, seperti Emvee Magazine, Bali Travel dan Tropical Life. Ia juga ambil bagian dalam pameran di Mall Bali Galeria, pameran tunggal dan juga pameran bersama fotografer lain. Wayan lebih suka memotret budaya dan alam karena dengan begitu dia bisa berkeliling dan mengenal lebih dekat budaya; budaya di Bali khususnya dan alam Indonesia. Dia pernah bekerja untuk mahasiswa Norwegian yang sedang belajar di Bali tahun 1993-2014.ng sedang belajar di Bali tahun 1993-2014.)
  • I Wayan Karta (Cover)  + (I Wayan Karta atau yang akrab disapa CoverI Wayan Karta atau yang akrab disapa Cover merupakan seorang seniman sekaligus pengerajin suling yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud. Kecintaannya terhadap suling besar disebabkan karena beliau terlahir dari keluarga yang menggemari suling. Selain itu berkat ajakan seorang teman yang bernama I Nyoman Dayuh serta pengalamannya dicaci oleh sorang tak dikenal dimasa silam membuatnya semakin termotivasi menjadi seorang pemain suling handal hingga saat ini. Dalam proses belajar bermain suling terdapat beberapa orang guru yang mengajari Wayan Karta bermain suling diantaranya Pak Mangku Regig (Abian Nangka, Denpasar), Pak Rangsi (Kerta Payangan), I Made Sadra (Pinda, Blahbatuh), Cokorda Bagus (Peliatan, Ubud) dan seniman lainnya.</br>Terhitung sejak Wayan Karta berusia belasan tahun tepatnya pada tahun 1998, saat itulah beliau mulai mendalami mengenai cara pembuatan suling. I Made Sadra yang berasal dari Banjar Pinda, Kecamatan Blahbatuh merupakan gurunya dalam membuat suling khususnya dalam mencari keselarasan nada. Setelah itu, Wayan Karta melanjutkan proses belajarnya di rumah Bapak Rangsi untuk mendalami teknik pembuatan siwer suling. Setelah berselang berapa lama, Wayan Karta akhirnya memutuskan untuk menjadi pengerajin suling hingga saat ini. Suling buatannya banyak diminati oleh konsumen di Bali sekaligus di luar Bali bahkan hingga ke luar negeri diantaranya Jepang, Amerika, Jerman, Italia, Australia, dan Spanyol. Beberapa suling hasil karyanya bernama suling jungket dan suling sunari.</br>Sebagai seniman suling dan pengerajin suling Wayan Karta juga mendirikan sebuah sekaa atau sanggar suling yang bernama “Sanggar Suling Semeton Nika Manu” pada tahun 2012 serta mendapatkan ijin resmi pada tahun 2017. Selain itu dalam perjalanan karirnya, Wayan Karta juga pernah pentas di sembilan kota di Amerika bersama Sanggar Cudamani Pengosekan dalam rangka Tour Balinesse Gamelan tahun 2010, Pentas di Taman Ismail Marzuki ( Jakarta ) dalam rangka Pementasan Music Baru bersama Group Pendro Made Arnawa tahun 2010, kerap mendukung Pentas di ISI Denpasar, kerap pentas di Pesta Kesenian Bali ataupun di pura – pura yang ada di Bali serta aktif melakukan pelatihan bermain suling di beberapa tempat di Bali.bermain suling di beberapa tempat di Bali.)
  • Wayan Lotring  + (I Wayan Lotring adalah maestro gamelan palI Wayan Lotring adalah maestro gamelan palegongan. Ia lahir di Banjar Tegal, Kuta, Bali, 1887. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah gending palegongan Layar Samah. Sekitar tahun 1906, Lotring belajar tari Nandir di Puri Blahbatuh. Nandir ini kemudian berkembang menjadi Legong. Ia mendirikan sekaa (kelompok) palegongan di Kuta. Kelompok ini melahirkan penari generasi pertama, seperti Ni Numbreg, Ni Wayan Dasni, dan Ni Wayan Kinceg. Kinceg kemudian menjadi istri Lotring dan dikarunia anak tunggal, Ni Wayan Noni. </br></br>Sekaa palegongan pimpinan Lotring ini sempat diundang pentas ke Keraton Solo (1926). Dari sinilah muncul istilah Legong Keraton. Di Solo ia sempat mengajarkan gending Goak Macok. Namun ia sendiri terinspirasi dengan gaya menabuh orang Jawa. Ia kemudian menciptakan Gonteng Jawa/Solo. </br></br>Setelah sekaa palegongan Kuta bubar pada tahun 1929, Lotring sangat sibuk mengajar tari dan tabuh di berbagai kawasan di Bali, seperti Badung, Gianyar, Tabanan, Karangasem, hingga Buleleng. Untuk itu, ia terpaksa menginap berhari-hari, berbulan-bulan, dan pergi-pulang menempuh jarak puluhan hingga ratusan kilometer dengan berjalan kaki. Ia tak cuma melatih palegongan, tapi juga angklung, gender wayang, tari joged, gandrung, hingga kekebyaran. Tak hanya seni tabuh dan tari, Lotring juga jago menembangkan kidung dan kakawin. </br></br>Pada tahun 1930-an, Lotring bertemu dan berkawan akrab dengan Collin McPhee, seorang komposer, pianis, dan penulis berkebangsaan Kanada, yang banyak meneliti tentang gamelan Bali. Mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait komposisi musik Bali. Lotring meninggal pada 1983.i musik Bali. Lotring meninggal pada 1983.)
  • I Wayan Mudita Adnyana  + (I Wayan Mudita Adnyana, lahir di Desa TengI Wayan Mudita Adnyana, lahir di Desa Tenganan, Karangasem, Bali, 16 September 1931. Ia ahli dalam menyalin lontar kuno, menembang kakawin, memainkan gamelan Gender dan Selonding. Ia belajar menyalin lontar dari I Gusti Bagus Sugriwa dari Singaraja pada tahun 1943. Sejak usia muda ia telah menyalin banyak lontar, antara lain lontar Bhagawad Gita, Mahabharata, Ramayana, Purusada Santa, Sutasoma, Arjuna Wiwaha, Bomantaka, Gatotkacasraya, dan sebagainya. Pada tahun 1970 ia turut membangun perpustakaan desa bernama Widhi Sastra. Pada era 1972, ia memelopori menyalin lontar berisi gambar pewayangan di Tenganan. Ia juga membuat sekaa (grup) wayang bernama Dharma Kusuma pada tahun 1980.</br></br>Salinan lontarnya banyak dikoleksi oleh kolektor dalam dan luar negeri serta pejabat negara, antara lain oleh Presiden Italia, Sandro Pertini (1983); Perdana Menteri Selandia Baru, Hellene Clark (1988); presiden Megawati Soekarno Putri (2001). Salinan lontarnya yang berjudul Kakawin Sutasoma pernah ditawar kolektor asing dengan harga ratusan juta rupiah, namun ia tidak melepaskannya. Sebab lontar kesayangannya itu akan ia wariskan kepada anak dan cucunya. </br></br>Pada tahun 1984, ia meraih Juara II Lomba Menyalin Lontar Tingkat Provinsi Bali. Tahun 1987, ia mendapatkan Penghargaan Dharma Kusuma Madya dari Gubernur Bali, Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia (2019), Penghargaan Tingkat Internasional Bali Bhuwana Nata Kerthi dari ISI Denpasar (2023), Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024 dari Pemerintah Provinsi Bali. </br></br>Di usianya yang sangat sepuh, ia masih aktif menyalin lontar. Sehari-hari ia bisa ditemui di kediamannya di Desa Tenganan.a ditemui di kediamannya di Desa Tenganan.)
  • I Wayan Pande Sumardika  + (I Wayan Pande Sumardika adalah salah satu I Wayan Pande Sumardika adalah salah satu Sastrawan Bali. Beliau lahir di Desa Ngis, 31 Desember 1993. Beliau berasal dari Banjar Dinas Kajanan, Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Beliau juga merupakan alumni Mahasiswa Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana angkatan 2012.Budaya, Universitas Udayana angkatan 2012.)
  • I Wayan Sadra  + (I Wayan Sadra lahir di Denpasar, Bali, 1 AI Wayan Sadra lahir di Denpasar, Bali, 1 Agustus 1954 dan meninggal 14 April 2011. Dia adalah seorang komposer berkelas internasional. Sejak usia muda, dia sudah menggeluti seni musik tradisi. Dia dapat memainkan gamelan hanya dengan cara sekali melihat/mendengar saja. Pada usia 11 tahun, dia bahkan sudah melatih sebuah kelompok gamelan di Puri Kendran, Gianyar. </br></br>Sadra mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Musik Konservatori Karawitan Spesialisasi Musik Tradisional Bali (1972), kemudian melanjutkan di Jurusan Seni Rupa Lembaga Kesenian Jakarta namun tidak ia tamatkan. Dia pindah ke Surakarta dan kuliah pada Jurusan Karawitan, ISI Surakarta, lalu pascasarjananya ditempuh di perguruan tinggi yang sama.</br></br>Sadra menjadi pengajar musik, terutama musik gamelan Bali di beberapa perguruan tinggi antara lain ISI Surakarta, Institut Kesenian Jakarta (1975–1978), dan di Universitas Indonesia (1978–1980). Sejak tahun 1979, ia telah membuat musik untuk konser, musikalisasi puisi, teater, ilustrasi untuk film kartun, iringan tari, dan seni instalasi. Di samping mencipta musik, ia juga menulis artikel, kritik musik untuk beberapa media massa, antara lain Kompas, Tempo, Jawa Post, Bali Post.</br></br>Tahun 1973, Sadra bergabung dengan grup Sardono W. Kusumo mementaskan Dongeng dari Dirah, dan turut serta berkeliling Eropa bersama grup ini. Tahun 1988, dia menjadi pembicara dalam Pekan Komponis Nasional di Jakarta. Tahun 1989, dia menghadiri California The Pacific Rim Festival. Tahun 1990, dia berpartisipasi dalam acara Composer to Composer di Telluride, Colorado, Amerika Serikat. Tahun 1991, dia menjadi composer-residence di Dartmouth College, Hanover, New Hampshire, Amerika Serikat. Tahun 1993, dia menjadi komposer tamu Pan Festival Pacific di Wellington, Selandia Baru. Tahun 1991, Sadra menerima penghargaan New Horizon Award dari International Society for Art Science and Technology, Berkeley, California, Amerika Serikat.</br></br>Beberapa karya musiknya diterbitkan dalam bentuk compact disc oleh Broadcasting Music Incorporation (BMI), Prog Peak Composer Collective, American Gamelan Institut (AGI), Leonardo Journal Publication dan The Japan Foundation. Karyanya antara lain Snow's Own Dream (1992) dan Interactions/New Music untuk Gamelan. Karya-karya tersebut disiarkan oleh beberapa radio di dalam dan di luar negeri, termasuk dipentaskan di beberapa negara.</br></br>Salah satu perlawanan Sadra terhadap penyeragaman selera musik adalah dengan mementaskan karyanya, Borderless, pada bulan Juli 2009 di Teater Salihara dan Pasar Minggu, Jakarta. Borderless adalah sebuah musik yang berangkat dari instrumen drum, keyboard, saksofon, flute dan bass tapi dimainkan dengan cara yang berbeda.</br></br>Karya-karya Sadra, antara lain Ludludan (1978), Snow’s Own Dream Interactions/New Music untuk Gamelan (1992), Otot Kawat Tulang Besi (1993), Oaeo (1993), Gatra Swara (1994), Mulutmu Tong Sampah (1995), Bunyi Bagi Suara yang Kalah (1997), Dialog dengan Sapi (1997), Suitasuit (1999), Borderless (2009).997), Suitasuit (1999), Borderless (2009).)
  • I Wayan Seregeg  + (I Wayan Seregeg lahir di Desa Timpag, KeraI Wayan Seregeg lahir di Desa Timpag, Kerambitan, Tabanan, 31 Desember 1940. Ia adalah penekun Sastra Jawa Kuno. Selain itu, ia juga piawai dalam mesanti (matembang lagu-lagu suci). Karena itu, ia sering diminta sebagai pembina kakawin dan seni sastra Bali. </br></br>Seregeg sering dipercaya sebagai guru penatar Bahasa Bali, serta menjadi juri dalam lomba bidang sastra Bali. Ia juga menjadi pembina sekar agung dan kekawin untuk pelajar tingkat SMA dan Porseni Pelajar. Ia juga tampil sebagai narasumber, salah satunya dalam rangka Temu Kekeluargaan dan Orientasi Studi oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana. </br></br>Seregeg merupakan pembina Sastra Jawa Kuno di Yayasan Bangun Sastra Denpasar, serta aktif dalam organisasi sebagai Ketua Widya Sabha Kecamatan Gerokgak, Wakil Ketua Widya Sabha Kabupaten Buleleng, pendiri dan pembina Sekaa Santi Widya Sabha, dan pembina kekawin. Seregeg memang mendedikasikan hidupnya untuk aksara, bahasa dan sastra Bali. Ia menerima Penghargaan Wija Kusuma dari Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali, Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024 dari Pemerintah Provinsi Bali, dan penghargaan dari instansi lainnya. Kini, ia menetap di Gerokgak, Buleleng, Bali.i, ia menetap di Gerokgak, Buleleng, Bali.)
  • I Wayan Suartha  + (I Wayan Suartha lahir di Klungkung tahun I Wayan Suartha lahir di Klungkung tahun 1957. Pensiun sebagai guru ASN ( Aparatur Sipil Negara ) di SMA Pariwisata-PGRI Dawan, Klungkung. Setelah pensiun tahun 2017, ditugasi sebagai ketua bidang literasi di sekolah yang sama. Suartha menulis sajak sejak SMP, tetapi baru dipublikasikan tahun 1977 di sejumlah Media Massa, seperti Bali Post, Karya Bakti, Warta Mahasiswa, Nusa Tenggara, Majalah Hai, dan Merdeka. Di samping menulis sajak, Suartha juga aktif menulis cerpen, naskah drama, serta catatan kecil apresiasi sastra dan teater. Puluhan fragmennya pernah dimainkan di TVRI Stasiun Denpasar.</br></br>Sajak-sajaknya dimuat dalam sejumlah antologi bersama penyair lain, antara lain Pintu Ilalang, Spektrum, The Ginseng, Nuansa Tata Warna Batin, Antologi berbahasa Bali Pupute Tan Sida Puput, serta Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta. Karya Sastra Sejarah berjudul Lebur Ring Klungkung dalam bentuk cerita bergambar ditulisnya bersama Ida Bagus Gde Parwita, dengan berpedoman pada Sejarah Peristiwa Puputan Klungkung. Tahun 2005 bersama I.B.G Parwita diundang membacakan sajaknya dalam Ubud Wirters and Readers Festival. Kumpulan naskah Dramanya rantai Putus terbit tahun 2012 yang mengantarkannya meraih penghargaan Widya Pataka dari Pemerintah Provinsi Bali. Suartha kini tinggal di Banjar Pekandelan Kelod, Semarapura, Klungkung.r Pekandelan Kelod, Semarapura, Klungkung.)
  • I G W Murjana Yasa  + (I. G. W. Murjana Yasa, adalah Guru Besar Madya pada Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Penelitiannya tentang ekonomi kreatif dan pertanian, serta industri kecil dan menengah di Bali.)
  • Ibed Suryana Yuga  + (Ibed Suryana Yuga lahir di Jembrana, Bali,Ibed Suryana Yuga lahir di Jembrana, Bali, 14 Agustus 1983. Ia lulusan Progam Studi Teater ISI Yogyakarta. Ia mendirikan Kalanari Theatre Movement, sebuah lembaga pergerakan budaya melalui teater, dan menjadi sutradara dan penulis lakon di sana hingga kini. Pada 2011, Ibed menginisiasi Kalabuku, sebuah gerakan literasi teater dan seni pertunjukan melalui penerbitan buku-buku bersubjek teater dan pertunjukan. Sebagai penulis lakon teater, Ibed pernah menerima penghargaan sayembara penulisan lakon dari Federasi Teater Indonesia (2008 & 2011) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017). Buku kumpulan lakon teaternya yang sudah terbit berjudul Kintir (Yogyakarta, 2011) dan Janger Merah (Yogyakarta, 2021) yang diganjar Penghargaan Sastra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021. Beberapa karya lakonnya juga terkumpul dalam beberapa buku bersama, seperti Perbuatan Serong (Yogyakarta, 2011), Di Luar 5 Orang Aktor (Yogyakarta, 2013), Sepuluh Lakon Teater Indonesia 2017 (Jakarta, 2017), New Indonesian Plays (London, 2019), dan States of Crisis (Yogyakarta, 2020). Ibed telah menggelar karya-karyanya, memberikan workshop dan berkolaborasi di beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Irlandia, Inggris, dan Tiongkok.pura, Jepang, Irlandia, Inggris, dan Tiongkok.)
  • IBM Dharma Palguna  + (IBM Dharma Palguna lahir di Tabanan, 10 JaIBM Dharma Palguna lahir di Tabanan, 10 Januari 1962. Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Udayana, kemudian melanjutkan S-2 dan S-3 di Facultiet der Leterren, Rijksuniversiteit, Leiden. Sejak remaja telah aktif menulis puisi, esai, opini, dan banyak dimuat di Bali Post. Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain Lawat-lawat Suwung (puisi; 1995), Shiwarartri dalam Padma Purana (1997), Ida Pedanda Ngurah, Pengarang besar Bali Abad ke-19 (1998), Dharma Sunya: Memuja dan Meneliti Shiwa (1999), Cara Mpu Monaguna Memuja Shiwa (2000), Dewa Manusia Raksasa (2007), Shintany Rabbhana (novel; 2009), Lumut-Lumut Watulumbang (2011), Sekar Ura (2012), Perempuan Shakti (2014), Watulumbang Watumadeg (2014), Manusia Tattwa (2018), dll. Karya-karyanya menggambarkan penjelajahan kreatif dan perenungan mendalam terhadap kehidupan berikut dinamika sosial budaya yang lintas zaman, serta menceminkan penghayatannya yang tinggi dan tekun pada spiritualitas. Dia meninggal pada tahun 2017.ritualitas. Dia meninggal pada tahun 2017.)
  • Ida Anak Agung Gde Agung  + (Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar,Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar, Bali, 24 Juli 1921. Ia adalah ahli sejarah dan tokoh politik Indonesia. Di Bali ia juga berposisi sebagai Raja Gianyar menggantikan ayahnya Anak Agung Ngurah Agung. Ia meraih gelar doktor dalam bidang sejarah dari Universitas Utrecht, Belanda.</br></br>Pada 1947, ia menjadi Perdana Menteri Negara Indonesia Timur (NIT). Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri maupun Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Dubes RI di Belgia (1951), Portugal, Prancis (1953), dan Austria.</br></br>Ia meninggal di Gianyar pada tanggal 22 April 1999. Pada tanggal 6 November 2007 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 068/TK/Tahun 2007, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. </br></br>Ia menulis sejumlah buku. Di antaranya adalah Twenty Years Indonesia Foreign Policy 1945-1965 (1973), Kenangan Masa Lampau: Zaman Kolonial Hindia Belanda dan Zaman Pendudukan Jepang di Bali (1993), Persetujuan Linggarjati: Prolog & Epilog (1995).ujuan Linggarjati: Prolog & Epilog (1995).)
 (Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar, Bali, 24 Juli 1921. Ia adala)
  • Ida Ayu Wayan Arya Satyani  + (Ida Ayu Wayan Arya Satyani, akrab disapa DIda Ayu Wayan Arya Satyani, akrab disapa Dayu Ani, lahir di Denpasar, 17 September 1977. Dia adalah seorang penari, koreografer dan dosen di Institut Seni Indonesia Denpasar. Dia telah melahirkan berbagai karya tari. Dayu Ani bahkan dipercaya mengerjakan koreografi tari untuk film Sekala Niskala (Seen and Unseen) yang disutradarai Kamila Andini, termasuk teater tari The Seen and Unseen, yang melibatkan beberapa seniman lintas negara (Jepang-Australia-Indonesia) produksi bersama Performing Lines, Fourcolours, dan Komunitas Bumi Bajra. </br></br>Dayu Ani telah menekuni dunia tari sejak usia 14 tahun di Sanggar Maha Bajra Sandhi, dan hingga kini terus bergiat membina anak-anak muda di sanggar yang sekarang bernama Yayasan Bumi Bajra Sandhi itu. Seni Tari membawanya melawat ke berbagai negara dan berkolaborasi dengan seniman-seniman internasional lintas bidang. Dia pernah terlibat dalam Body Tjak The Celebration bersama Prof. Dr. I Wayan Dibia dan Keith Terry (San Francisco, 1999), koreografer untuk The Missing Sun bersama Nelson Chia (Singapura, 2000-2001), terlibat dalam Cultural Olympiad bersama Maha Bajra Sandhi (Athena, 2004). Ia juga adalah koreografer dalam program Recovery Bali yang ditampilkan di enam negara Eropa (2006).g ditampilkan di enam negara Eropa (2006).)
  • Ida Ayu Wayan Sugiantari  + (Ida Ayu Wayan Sugiantari lahir di KarangasIda Ayu Wayan Sugiantari lahir di Karangasem, Bali, 29 April 1983. Mencoba menulis puisi sejak tahun 1998 ketika duduk di bangku SMP. Pada tahun 1999-2001 saat mengenyan bangku SMA karya-karyanya sering dimuat di Bali Post Minggu. Pada tahun 2003 menamatkan pendidikan DII pada program studi PGSD IKIP Negeri Singaraja, lalu diangkat menjadi guru negeri di SDN 1 Culik pada tahun yang sama lalu 3 tahun kemudian dimutasi ke SDN 1 Manggis. Setelah 11 tahun mengajar di SDN 1 Manggis, pada April 2017 hingga sekarang dia diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah di Satuan Pendidikan SDN 1 Selumbung. Dia menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Dwijendra pada tahun 2008, dan menyelesaikan studi Pasca Sarjana (S2) Pendidikan Dasar, di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) pada Agustus 2019.ikan Ganesha (Undiksha) pada Agustus 2019.)
  • Ida Bagus Aditya Putra Pidada  + (Ida Bagus Aditya Putra Pidada lahir di DenIda Bagus Aditya Putra Pidada lahir di Denpasar, 23 Juni 1996. Anak pertama dari dua bersaudara. Mengalami disabilitas netra sejak kelas 1 SMA. Menamatkan studi S1, Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penerangan Agama di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar pada tahun 2019. </br></br>Ia menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya termuat dalam buku Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (Museum Gunarsa, 2016), Dua Puluh Cerita Perjalanan Terbaik (UKMP Universitas Negeri Malang, 2016), Mengunyah Geram (JKP, 2017), Saron (JKP, 2018), Sebermula adalah Bali (Kanaka Media, 2020).</br></br>Selain itu, ia kerap menjadi juara dalam lomba penulisan. Antara lain, Juara 1 Lomba Cipta Cerpen tingkat Nasional “Lautan Sastra” yang digelar SMAN 1 Denpasar (2019), Juara 2 dalam “Kumpulan 15 Cerpen Terbaik” yang digelar oleh DENUSC (2017), dan Juara 2 Lomba Penulisan Autobiografi tingkat ABK Se-Bali yang digelar Kanaditya (2020).</br></br>Ia juga menjadi salah satu penyair yang diundang dalam kegiatan Seminar Internasional Sastra Indonesia (2019). Beberapa puisinya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dan masuk dalam kumpulan puisi tingkat Internasional oleh Yayasan Bina Ilmu Bali (2021). Sembari menulis, kini ia mengelola massage clinic bernama Bali Mahasadu Refleksi dan Pijat Kesehatan. Selain itu, ia juga bekerja sebagai penyiar di Radio Publik Kota Denpasar 92, 6 FM.ar di Radio Publik Kota Denpasar 92, 6 FM.)
  • Ida Bagus Anggara  + (Ida Bagus Anggara merupakan seorang guru oIda Bagus Anggara merupakan seorang guru olahraga Sekolah Dasar yang sangat menyukai musik, olahraga, dan komedi tentunya. Memulai karir stand up comedy sejak 2019 dengan bergabung di Komunitas Standupindo Bali. Pernah mengisi acara secara ofline maupun online dengan berbagai macam latar belakang penonton, baik sebagai stand up comedian ataupun MC. Pernah menjuarai lomba stand up comedy tingkat nasional maupun lokal Bali, dan juga sebagai kontestan di program TV Nasional. Beberapa prestasi nasional telah ia raih diantaranya Finalis Liga Komunitas Kompas TV, Juara Liga Komedi Daihatsu Season, Juara Yuasa Standup Bolahraga League dan banyak lagi prestasi tingkat regional Bali yang telah ia raih. Ia juga pernah membuat show tunggalnya berjudul “Ide Bagus” pada tanggal 8 Oktober 2022 yang dihadiri oleh 100 lebih penonton. Kini selain aktif mengisi acara sebagai Stand Up Comedian, ia juga aktif menjadi MC dalam beberapa acara.uga aktif menjadi MC dalam beberapa acara.)
  • Ida Bagus Anom Suryawan  + (Ida Bagus Anom Suryawan adalah seorang pemIda Bagus Anom Suryawan adalah seorang pemahat kayu, pembuat topeng dan wayang, penari dan dalang yang diakui secara internasional. Kesuksesannya membawanya ke Amerika Serikat untuk bekerja di San Francisco Asian Art Museum dan Sante Fe Folk Art Festival. Dia telah mengadakan lokakarya pembuatan topeng, lukisan topeng, dan tarian topeng di seluruh Amerika Serikat dan dia mengadakan pameran topeng permanen di San Francisco Exploratorium.</br></br></br>Dia lahir dari keluarga pemahat kayu di Desa Mas, Ubud, Bali. Lebih dari tiga puluh tahun dia menekuni seni pahat topeng. Karya-karyanya dikoleksi oleh kolektor topeng dari berbagai negara. Dia juga menurunkan ilmu seni pahat topeng kepada siswa-siswa dari berbagai penjuru dunia. Tidak hanya itu, dia juga ahli dalam seni ukir kayu dan pembuatan wayang.dalam seni ukir kayu dan pembuatan wayang.)
  • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Ida Bagus Arya Lawa Manuaba adalah penulisIda Bagus Arya Lawa Manuaba adalah penulis buku Alien Menurut Hindu (2018) yang menjadi buku fenomenal di sepanjang tahun 2018-2019. Novel pertamanya berjudul Putih Biru (2019), mengisahkan tentang petualangan remaja desa di Bali dan mendapatkan peringkat delapan besar novel pilihan dalam UNNES International Novel Writing Contest 2017 di Semarang. Novel keduanya berjudul Haricatra dengan tiga sekuel dan sedang dalam proses penerbitan. Selain buku nonfiksi dan novel, dia menulis banyak cerpen dan artikel. Salah satu cerpennya berjudul Barong Brutuk (2019) yang mengisahkan tentang mistikisme Desa Terunyan. </br></br>Gus Arya, sapaan akrabnya, dikenal lewat tulisan-tulisannya. Orang yang mengenalnya selalu mengaitkannya dengan tulisan, imajinasi dan bahkan alien. Lahir di Denpasar, 24 Desember 1988, dia menyukai dunia tulis-menulis sejak kecil. Sewaktu kelas empat sekolah dasar, dia menulis cerita bersambung yang dibacakannya setiap hari kepada teman-temannya. Sepulang sekolah, dia menulis cerita horor dalam sebuah buku tulis lalu dibagikannya kepada kawan-kawannya di sekolah. </br></br>Sewaktu SMP, dia beberapa kali menjuarai lomba menulis artikel dan cerpen. Semasa SMA, namanya selalu muncul di enam besar cerpen terbaik Sayembara cerpen tahunan Balai Bahasa Provinsi Bali. Di antara semua cerpen yang pernah ditulisnya, cerpen berjudul Orang-Orang Berbaju Hitam (2011) adalah yang paling berarti. Dengan cerpen itu dia menolong sahabatnya karena tidak bisa membayar uang sekolah selama satu tahun. </br></br>Kini Gus Arya bertugas sebagai dosen di ITP Markandeya Bali dalam bidang prosa. Dia juga mengelola penerbitan dan layanan penulis mandiri, serta aktif dalam pelestarian bahasa dan sastra Bali di BASAbali Wiki. Hobinya jalan-jalan di desa yang sepi dan pergi ke museum.lan di desa yang sepi dan pergi ke museum.)
  • Ida Bagus Arya Lawa Manuaba  + (Ida Bagus Arya Lawa Manuaba adalah salah sIda Bagus Arya Lawa Manuaba adalah salah seorang sastrawan Bali yang berasal dari kecamatan Abiansemal, kabupaten Badung. Beliau lahir pada tanggal 24 Desember 1988. Berprofesi sebagai dosen tetap di Institut Teknologi dan Pendidikan Markandeya Bali selain itu Beliau juga aktif sebagai Penulis, Wirausahawan, Aktivis bahasa Bali dan juga Content Creator. </br></br>Beliau memiliki banyak karya di bidang Cerpen, Novel dan juga Buku di antaranya cerpen Barong Brutuk (2019), buku Putih Biru (2019), Alien Menurut Hindu (2018), Meniti Tangga Emas : Setengah Abad Perkumpulan Pendidikan Nasional (2019), Mongah : Belajar Hidup Dari Manusia Pakis (2020) Luh Ayu Manik Mas : Planting Local Fruits (2021), Gadis Yang Lahir Dari Rembulan (2021) dan masih banyak lagi karya - karya beliau lainnya.</br></br>Disini saya memilih dan akan membahas salah satu karya beliau yang baru saja berhasil menang dan masuk ke dalam lima karya kakawin terbaik pada kategori lomba menuslis kakawin dalam bahasa Jawa kuna atau bahasa Kawi dan beraksara bali di lomba Sastra Saraswati Sana yang di selenggarakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud pada bulan Agustus 2021 lalu dan karya beliau mendapatkan juara ke 4. Kakawin itu berjudul Kakawin Korona Parisuddha.in itu berjudul Kakawin Korona Parisuddha.)
  • Ida Bagus Darmasuta  + (Ida Bagus Darmasuta, seorang sastrawan BalIda Bagus Darmasuta, seorang sastrawan Bali, fotografer, pelukis, serta pernah pula menjabat Kepala Balai Bahasa Bali (2000-2005). Dia lahir di Denpasar, 10 April 1962. Dia menamatkan kuliahnya di Fakultas Sastra Universitas Udayana. Sejak mahasiswa dia telah aktif dalam kegiatan sastra, di antaranya menulis puisi, cerpen, naskah drama, esai, dan sebagainya. Tahun 2007 dia memperoleh Penghargaan Sastra Rancage atas jasanya membina dan memfasilitasi penerbitan buku sastra Bali modern. Selain aktif dalam dunia sastra, dia juga dikenal sebagai fotografer dan pelukis. Tahun 2014 dia meluncurkan buku puisi dan fotografi berjudul “Jejak Kanvas: Puisi-Fotografi” di Bentara Budaya Bali. Pada 2016 dia ikut memamerkan seni fotografinya di Bentara Budaya Bali dalam program "Mahendradatta: Jejak Arkeologis dan Sosok Historis". Dia meninggal dunia pada tanggal 9 Agustus 2019.inggal dunia pada tanggal 9 Agustus 2019.)
  • Ida Bagus Dharmadiaksa  + (Ida Bagus Dharmadiaksa lahir di Denpasar,Ida Bagus Dharmadiaksa lahir di Denpasar, 21 Agustus 1956. Menulis puisi sejak remaja (1979) dan banyak dimuat di Bali Post. Pernah menjadi pemenang II kompetisi Bali Dalam Puisi Bali Post (1979), pemenang lomba cipta puisi di Universitas Udayana (1979). Kini dia menjabat Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar yang menaungi ITB Stikom Bali Group (SMKTI Bali Global) dan Pengawas Koperasi PNS Univ. Udayana serta Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Unud.erta Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Unud.)
  • Ida Bagus Gde Parwita  + (Ida Bagus Gde Parwita dilahirkan di Desa TIda Bagus Gde Parwita dilahirkan di Desa Tihingan, Klungkung, 19 Nopember 1960. Mulai menggemari Puisi secara aktif sejak mengajar di SMP-PGRI Klungkung tahun 1980. Hingga tamat Sarjana Pendidikan Sejarah dan Pasca Sarjana S.2 bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Undiksha masih konsisten menulis Puisi dan Catatan Kebudayaan. Sekarang ini menjabat Kepala Sekolah di SMA Pariwisata-PGRI Dawan, Klungkung. Karya- karya Puisi dan Catatan Kebudayaan dipublikasikan tahun 1982, dimuat di Bali Post, Nusa Tenggara, Karya Bhakti, Berita Buana, DenPost, dan sejumlah Media On-line seperti Jendela Sastra, Loker Puisi, dll. Antologi Puisi berbahasa Indonesia yang pernah diterbitkan bersama Penyair lainnya: Pintu Ilalang, Spektrum, Teh Ginseng, Puisi Indonesia 87, Antologi Puisi Indonesia (API) 1997, Nuansa Tata Warna Batin bersama Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusanatara (HP3N), serta Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta. Lebur Klungkung adalah karya sastra sejarah dibuat dalam bentuk Cerita Bergambar, yang digarap dengan inti sejarah Puputan Klungkung bersama I Wayan Suartha. Buku kumpulan puisi tunggalnya adalah “Luka Purnama” (2020)si tunggalnya adalah “Luka Purnama” (2020))
  • Ida Bagus Gede Ngurah Rai  + (Ida Bagus Gede Ngurah Rai, lahir di KesimaIda Bagus Gede Ngurah Rai, lahir di Kesiman, Denpasar, 1926. Ia adalah seorang rohaniawan/pendeta/peranda Hindu di Geria Bajing, Kesiman. Ia dikenal dengan panggilan Ida Peranda Geria Bajing. Pada masa mudanya ia dikenal sebagai dalang wayang kulit yang populer di Bali. Selain pentas di berbagai pelosok Bali, ia pernah ikut dalam Festival Wayang di Jakarta, Solo, dan Yogyakarta. Kecintaannya pada wayang telah muncul sejak kanak-kanak karena suka mendengar cerita pewayangan dari ayahnya, Ida Bagus Putu Mergeg. Ia pernah menjadi guru seni pedalangan di SMKI dan dosen di Institut Hindu Dharma (IHD) Denpasar. Ia juga tertarik pada seni teater dan pernah pentas teater bersama dramawan IB Anom Ranuasa. Pada masa mudanya ia juga pernah menjadi bintang film “Jayaprana dan Layonsari” yang kemudian membuat ia dikenal dengan panggilan Ida Peranda Jayaprana. Ia meninggal pada tahun 1998.a Jayaprana. Ia meninggal pada tahun 1998.)
  • Ida Bagus Gede Paramita  + (Ida Bagus Gede Paramita adalah penulis berIda Bagus Gede Paramita adalah penulis berbagai isu yang terkait dengan topik antropologi, pariwisata, dan budaya spiritual Bali maupun Hindu. Paramita menamatkan studi S1 dan S2 di Universitas Udayana. Saat ini, Paramita bekerja sebagai dosen di STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Bali Indonesia pada Program Studi Pariwisata Budaya Hindu.ada Program Studi Pariwisata Budaya Hindu.)
  • Ida Bagus Ketut Adnyana  + (Ida Bagus Ketut Adnyana atau dengan nama pIda Bagus Ketut Adnyana atau dengan nama pena Ratu Aji Baskara. Beliau merupakan sastrawan yang berasal dari desa Dharma Tengah Riang Gede, kecamatan penebel Tabanan, beliau saat ini sudah berusia 82 tahun.</br>Adapun karya Sastra yang sudah dikarang beliau.</br>Dari karya tersebut karya yang paling berbeda diantara yg lain ialah geguritan karmasadhi</br>Di dalam Gaguritan Karmisadi karya Ida Bagus Adnyana (Ratu Aji Baskara) gaguritan ini diikat oleh 4 pupuh yaitu, Pupuh sinom, Pupuh ginada, Pupuh mijil, dan Pupuh Sinom.</br></br>Dalam Gaguritan Karmisadi berceritakan tentang seorang anak yang cerdas, pintar, dan bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu walaupun anak tersebut tidak berpendidikan dan berasal dari keluarga yang tidak mampu yang berasal dari desa riang gede dan menceritakan tentang keadaan pada masa itu di desa riang gede yang memang minim akan kesejahterahan rakyatnya.</br></br>Adapun terkandungnya juga nilai kebajikan yang menjadin pesan moral dari gaguritan ini.</br>Dari kata "Karmisadi" berarti tingkah manusia memiliki 6 sifat yang mulia dari cerita geguritan ini lah bercerita sifat yang mulia tidak perlu dari orang yg berpendidikan namun hati yang tulus iklas untuk mewujudkannya.hati yang tulus iklas untuk mewujudkannya.)
  • Ida Bagus Ketut Dharma Santika Putra  + (Ida Bagus Ketut Dharma Santika Putra atau Ida Bagus Ketut Dharma Santika Putra atau akrab disapa DS Putra, lahir di Negara, Jembrana, Bali, 27 Juli 1964. Sejak remaja telah aktif menulis puisi, cerpen, esai di Bali Post dan beberapa koran lokal. Selain pernah menjadi wartawan, ia juga aktif sebagai pemikir kebudayaan dan menggerakkan komunitas seni budaya di Negara, Jembrana. Salah satunya adalah gerakan sastra dan teater Rembug Apresiasi Bali Barat (Rajer Babat) pada tahun 1990-an. Ia juga bergiat di Pondok Seni Praba Gita. Tahun 2000 ia membidani kelahiran tabloid Jembrana Post dan tahun 2002 membidani kelahiran tabloid Ge-M. Bukunya yang telah terbit, antara lain Merangkai Tutur Tradisi Mekepung, Pohon-Pohon Kemesraan 2, Lubang Kunci (2021). Atas dedikasinya di bidang sastra dan kritik seni, ia dianugerahi Bali Jani Nugraha oleh Gubernur Bali pada tahun 2021. Sebelumnya, ia juga menerima penghargaan Dharma Kusuma pada tahun 2018 dari Gubernur Bali. Ia meninggal pada tanggal 21 Januari 2022 karena sakit.pada tanggal 21 Januari 2022 karena sakit.)
  • Ida Bagus Made Poleng  + (Ida Bagus Made Poleng lahir di banjar TebaIda Bagus Made Poleng lahir di banjar Tebasaya, Gianyar pada tahun 1915. Ayahnya Ida Bagus kembeng (1897-1952) adalah seorang pelukis ternama yang memenangkan Medali Perak bergengsi pada tahun 1937 pada Pameran Seni Kolonial Internasional di Paris. Ida Bagus Made pertama kali belajar melukis dan mengukir dari ayahnya. Ia kemudian belajar melukis di bawah bimbingan Rudolf Bonnet. Bonnet pernah menulis bahwa Ida Bagus Made adalah salah satu artis paling berbakat di Bali.</br></br>Ida Bagus Made adalah seorang pelukis produktif yang sangat tidak percaya pada pedagang dan kolektor seni. Dia meneliti pengagumnya dan hanya segelintir kolektor yang lulus ujiannya. Almarhum Presiden Indonesia Sukarno adalah salah satu kolektor yang dipuja Ida Bagus Made. Karya-karyanya banyak dicari dan menjadi koleksi banyak museum di dunia.</br></br>Bagi pelukis yang akrab disapa Gus Made ini lukisan adalah sebagian dari jiwanya. Baginya seorang pelukis hidup dua kali, pertama di dunia fana, kedua dalam lukisannya. Oleh karena itu ia dikenal sangat mencintai lukisannya dan tidak mau menjual karyanya.</br></br>Ida Bagus Made adalah seorang pelukis yang sering dianggap sebagai ‘orang gila’. Dalam kesehariannya, Ida Bagus Made tidak mengenakan pakaian, dia hanya mengenakan sarung yang dililitkan di pinggang. Ia yang tak pernah mengenyam pendidikan formal, membuatnya hanya bisa menulis dalam aksara bali.</br></br>Karya-karya lukisan Ida Bagus Made sering menjadi buruan banyak orang terutama orang-orang asing pada saat itu, Ia menyatakan tak mampu melihat lukisannya di beli orang. Ia lebih memilih untuk melukis beberapa lukisan yang dibungkusnya rapi dan disimpan.</br></br> </br>Ia meninggal dunia setelah lama sakit pada tahun 1999 dan meninggalkan lebih dari seratus lukisan dan sketsa yang sekarang disimpan di Museum Puri Lukisan. sekarang disimpan di Museum Puri Lukisan.)
  • Ida Bagus Made Togog  + (Ida Bagus Made Togog (1913–1989) adalah peIda Bagus Made Togog (1913–1989) adalah pelukis tradisional gaya Batuan, Gianyar, Bali. Sejak kecil Togog sangat akrab dengan pustaka berupa lontar, cerita mitologi, dan cerita rakyat. Hal-hal itu banyak menjadi sumber inspirasinya dalam melukis. Ketika dua antropolog, Gregory Bateson dan Margaret Mead melakukan penelitian tentang karakter orang Bali di Desa Batuan pada 1936 hingga 1938, Togog diminta melukiskan ekspresi mimpinya. Saat itu, Togog menghasilkan puluhan lukisan di atas kertas dengan tematik alam mimpi dan alam niskala (gaib) yang bernuansa magis. Karya-karya Togog bisa dijumpai di Museum Puri Lukisan, Museum ARMA, Museum Bali, Museum Neka, Tropenmuseum, Museum Etnografi di Leiden. Tropenmuseum, Museum Etnografi di Leiden.)
  • Ida Bagus Nyoman Rai  + (Ida Bagus Nyoman Rai, lahir di Sanur, BaliIda Bagus Nyoman Rai, lahir di Sanur, Bali, antara tahun 1907 dan 1920 dan meninggal tahun 2000. Ia merupakan pelukis yang banyak dibicarakan dan diapresiasi para pengamat seni rupa dalam dan luar negeri karena keunikan karya-karyanya. </br></br>Kebanyakan karyanya berbahan kertas dan tinta serta bertemakan kehidupan sehari-hari (terutama nelayan) dan peristiwa-peristiwa yang menarik perhatiannya. Misalnya ia menggambar ikan paus yang terdampar di Sanur atau masa-masa penjajahan Jepang di Bali. Karya-karyanya cenderung bergaya polos, naif, dan nakal.</br></br>Ia melukis sejak remaja dan terlibat dalam perhimpunan seni Pitamaha pada era 1930-an. Ia berkawan dekat dengan Neuhaus yang membuka toko ikan tropis di Sanur. Ia juga berkawan dengan pelukis Swiss, Theo Meirer (1908 – 1982) dan pelukis Australia, Donald Friend (1915 - 1989), yang menetap di Sanur tahun 1968 hingga 1980-an.</br></br>Karya-karyanya dikoleksi oleh kolektor dari berbagai belahan dunia. Karyanya juga dikoleksi oleh Museum Puri Lukisan, museum ARMA, Galeri Nasional Australia, Tropenmuseum di Amsterdam, Museum Etnografi di Leiden, dan Museum Den Kulturen di Basel, Swiss. </br></br>Kecuali foto karyanya yang banyak bertebaran di internet, hingga detik ini saya belum berhasil menemukan foto profil pribadinya.berhasil menemukan foto profil pribadinya.)
  • Ida Bagus Oka  + (Ida Bagus Oka (16 April 1936 – 8 Maret 201Ida Bagus Oka (16 April 1936 – 8 Maret 2010). Ia adalah Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN (1998 – 1999) dalam Kabinet Reformasi Pembangunan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Gubernur Bali ke-7 dengan masa jabatan 1988 –1998. Ia menjadi Gubernur Bali menggantikan Ida Bagus Mantra. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Udayana, Bali. Pada tahun 2001, ia diadili berhubungan dengan kasus korupsi dan dihukum selama satu tahun.sus korupsi dan dihukum selama satu tahun.)
  • Ida Bagus Pawanasuta  + (Ida Bagus Pawanasuta, lahir di Gianyar, 21Ida Bagus Pawanasuta, lahir di Gianyar, 21 November 1966. Beliau menulis dalam Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia. Beliau adalah sastrawan, beliau juga menjadi seorang guru di salah satu sekolah menengah atas di Klungkung. Beliau juga banyak memiliki karya-karya yang telah diterbitkan, antara lain “Pangasih Pamero” tahun 2005 diterbitkan oleh Balai Bahasa Bali, Gaguritan Aji Palayon Transformasi Kakawin Aji Palayon tahun 2006 diterbitkan mandiri, dan Kumpulan Essay “Berguru pada Giri” tahun 2009 diterbitkan mandiri. Masih banyak karya-karyanya, tetapi beliau juga sebagai pendiri Sanggar Tutur (1999) dan Komunitas Sastra Lentera (2008).1999) dan Komunitas Sastra Lentera (2008).)
  • Ida Bagus Tilem  + (Ida Bagus Tilem adalah seorang seniman patIda Bagus Tilem adalah seorang seniman patung kelahiran Mas, Ubud, Gianyar, Bali, pada 13 Desember 1936 dan meninggal 20 November 1993. Sejak kecil dia belajar memahat pada ayahnya, Ida Bagus Nyana. Karya-karyanya menampilkan visual yang memikat pencinta seni. Setelah perjalanan pertamanya ke luar negeri ketika terpilih mewakili Indonesia pada New York World Fair tahun 1964, dia rajin menggelar pameran di luar negeri, seperti Thailand, Hongkong, Australia, Jerman, Austria, dan Meksiko., Australia, Jerman, Austria, dan Meksiko.)
  • Ida Bagus Tugur  + (Ida Bagus Tugur lahir di Griya Cucukan, KlIda Bagus Tugur lahir di Griya Cucukan, Klungkung, Bali, 29 Mei 1926. Ia adalah seorang maestro arsitek tradisional Bali (undagi) yang banyak membuat bangunan-bangunan monumental di Bali. Hasil karyanya antara lain panggung terbuka Ardha Candra di Taman Budaya Bali, Monumen Bajra Sandhi di Renon, Patung Kanda Pat Sari atau Catus Pata di Kota Semarapura (Klungkung), Gedung DPRD Bali, bangunan arsitektur Bali di Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta), serta bangunan suci untuk beberapa pura di Bali. Ia meninggal pada tanggal 21 Desember 2020 di Denpasar dalam usia 94 tahun.mber 2020 di Denpasar dalam usia 94 tahun.)
  • Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten  + (Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten lahir di GIda Bagus Wayan Widiasa Keniten lahir di Geria Gelumpang, Karangasem. 20 Januari 1967. Buku-buku yang sudah ditulisnya berupa karya sastra maupun kajian sastra antara lain (1) Buduh Nglawang (memeroleh Rancage); (2) Bangke Matah; (3) Warisan Jagal; (4) Kuda Putih; (5) Novelet Kania; (6) Bor; (7) Sabdaning Sepi; (8) Mekel Paris; (9) Pohon Jiwa; (10) Perempuan Malam; (11) Dongeng Sandal Jepit, (12) Genjek Persepsi Sosio-Kontekstual, (13) Eksistensi Basur, (14) Jro Lalung Ngutah (Memeroleh Penghargaan Widya Pataka), (15) Manukan Sidang Para Burung.</br></br>Pemenang Pertama Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013 dan Penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan Tahun 2013 dari Presiden, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, 27 November 2013 di Istora Senayan Jakarta. Tahun 2014 ikut Program Kunjungan (Benchmarking) ke Jerman, selanjutnya ke Paris (Prancis), Belgia, dan Amsterdam (Belanda). Kamis, 14 Agustus 2014 menerima penghargaan Widya Kusuma dari Gubernur Bali. Tahun 2015 memeroleh Widya Pataka atas bukunya Jro Lalung Ngutah.dya Pataka atas bukunya Jro Lalung Ngutah.)
  • Ida Pedanda Gede Made Gunung  + (Ida Pedanda Gede Made Gunung (1952 – 18 MeIda Pedanda Gede Made Gunung (1952 – 18 Mei 2016) adalah seorang Pedanda (ulama/pendeta) Hindu dari Blahbatuh, Gianyar, Bali. Ia adalah seorang pedanda yang memiliki pandangan progresif jauh ke depan. Pedanda yang dilahirkan di Gria Gede Kemenuh Purnawati ini, seolah-olah mengubah citra Pedanda (Pendeta Hindu) dari sekadar memimpin pelaksanaan upacara, menjadi pen-Dharma Wacana.</br></br>Ia sangatlah terampil dalam menerjemahkan filsafat Agama Hindu yang rumit kepada masyarakat umum dengan bahasa yang sederhana, jelas dan lugas disertai selera humor yang tinggi. Tidak mengherankan jika ia acapkali muncul di berbagai media, baik media elektronik maupun media cetak, untuk memberikan Dharma Wacana (wejangan suci) kepada umat Hindu. Tidak hanya di Bali, ia memberikan juga dharma wacana di luar Bali, dari Pulau Jawa hingga ke Kalimantan. Selain aktif tampil di berbagai media cetak maupun elektronik, ia juga aktif menulis di dunia maya melalui situs website. </br></br>Terlahir dengan nama Ida Bagus Gede Suamem, ia menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Blahbatuh pada tahun 1965. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN di Gianyar sampai tamat pada tahun 1968. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Taman Guru Atas di Sukawati. Ia sempat bekerja sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Gianyar tahun 1972 sampai 1974. Lalu beralih profesi menjadi guru Sekolah Dasar di Banjar Mawang, Lodtunduh, Ubud, tahun 1975 sampai 1983, kemudian pindah mengajar ke SD 3 Pering pada tahun 1983 sampai 1985. Ia ditunjuk sebagai Koordinator Penyuluh Lapangan Agama Hindu Kecamatah Blahbatuh dari 1985 sampai 1987 dan selanjutnya kembali mengajar sebagai guru di SD 7 Saba pada tahun 1987 sampai 1994. Tahun 1992 ia sempat mendapat peringkat sebagai guru teladan Kecamatan Blahbatuh.</br></br>Disela-sela kesibukannya mengajar sebagai guru, ia melanjutkan pendidikan di Institut Hindu Dharma (sekarang beralih menjadi Universitas Hindu Indonesia) hingga memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1986. Selain sebagai guru sekolah, ia juga adalah seorang pemegang sabuk hitam karate dan pernah bergabung dalam DPD Gojukai (Dewan Sabuk Hitam) tahun 1988 – 1991.</br></br>Ia mediksa atau menjadi pedanda pada tahun 1994. Sejak tahun 2002 sampai menjelang akhir hayatnya, ia menjadi dosen luar biasa di Fakultas Usada Universitas Hindu Indonesia. Ia juga dikenal sangat kritis dalam menyikapi permasalahan pelaksanaan upacara ritual Hindu di Bali, terutama Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya, yang selama ini kerap digelar dengan megah dan banyak menghabiskan biaya.engan megah dan banyak menghabiskan biaya.)
  • Ida Pedanda Gede Oka  + (Ida Pedanda Gede Oka lahir di Banjar KualoIda Pedanda Gede Oka lahir di Banjar Kualon, Denpasar, 1909. Selain mengabdikan hidupnya sebagai pendeta, ia dikenal sebagai undagi (arsitek tradisional Bali). Bakat itu menurun dari ayahnya, Ida Bagus Anom, seorang undagi dan pematung terkenal pada zamannya. Sejak usia delapan tahun ia telah belajar membuat patung pada sang ayah. Sebagai seorang undagi, ia sangat memahami kitab Asta Kosala-Kosali, Asta Bumi, Wismakarma dan sejenisnya. Ia tidak hanya ahli dalam membuat bangunan tradisional Bali dan bangunan suci Hindu, namun juga ahli dalam membuat wadah, jempana, dan lembu untuk keperluan ritual Ngaben., dan lembu untuk keperluan ritual Ngaben.)
  • Ida Poetu Taman  + (Ida Poetu Taman adalah seorang pematung (1Ida Poetu Taman adalah seorang pematung (1873-1953) kelahiran Desa Mas, Ubud, Bali. Dia sangat ahli dalam urusan seni ukir kayu. Dia juga ahli mengukir batu cadas untuk pembangunan tempat suci agama Hindu di Bali. Selain pematung, dia dikenal dalam drama tari “ Calon Arang” sebagai Patih Pandung yang melawan kejahatan Nateng Dirah. Dia pernah bergabung dalam komunitas seni Pitamaha.h bergabung dalam komunitas seni Pitamaha.)