Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "test3". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Dewi Dian Reich  + (Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda dan lebih halus dari kayu beringin yang putih. Ketakutan akan waktu terlihat jelas pada belokan dan lipatan pohon suci yang indah ini.</br></br>Catatan botanis...</br>Pohon beringin putih disebut sebagai pohon ‘bunut’ atau beringin, seperti banyak pohon tua serupa di Bali. Namun, pernyataan warga setempat membenarkan bahwa genus pohon tersebut belum dapat dikonfirmasi secara pasti oleh Kementerian Kehutanan atau tim peneliti Universitas mana pun. Keengganan mereka untuk memastikan genus pohon tersebut disebabkan oleh beberapa kekhasan.</br></br>Konon, pohon kayu putih itu tidak berbunga melainkan berbuah (kami menjadi saksi langsung banyaknya buah kayu putih ini). Dikatakan juga bahwa pohon kayu putih itu akan menggugurkan semua daunnya setiap beberapa bulan. Meskipun beringin mungkin menggugurkan daunnya untuk mempertahankan kelembapan, jarang sekali ada pohon yang menggugurkan daunnya secara teratur di iklim lembab. Oleh karena itu, penduduk desa terus menjuluki pohon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.hon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.)
  • Dewi Dian Reich  + (Seri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodraSeri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodrati dan hubungan kompleks kami terhadap wajah sendiri dan wajah orang lain, penjelajahan potret ini berlanjut. Kali ini, beranjak dari individualitas atau pribadi kami secara psikologi, kami menjelajahi identitas sesuatu yang lebih besar daripada diri kami.</br></br>Latihan empati melalui jalan satu-satunya yang kami pahami... melintasi batas manusiawi dan persepsi emosi kami. Sebuah potret alam lewat pengalaman dan usia yang sublim.</br></br>Baca artikel selengkapnya di tautan referensi gambar.l selengkapnya di tautan referensi gambar.)
  • I Wayan Diana  + (Sinar Seorang Pemimpin (tinta cina dan akrilik di kanvas, 50 x 70 cm, 2016))
  • Dewi Dian Reich  + (Sisi sosial dan budaya menjadi bagian pentSisi sosial dan budaya menjadi bagian penting dalam pembahasan terkait isu yang memengaruhi usia dan keaslian tradisi di Bali saat ini. Isu-isu seperti komersialisasi seni dan budaya, serta potensi akibatnya bagi generasi kini dan di masa depan.</br></br>"Kita tidak semestinya bangga atas sedikitnya perubahan, karena perubahan pasti terjadi. Menyangkal perubahan adalah hal yang kurang cerdas. Usaha dan komitmen bersama telah bertahan hingga titik ini serta membawa perubahan dan kemajuan dalam segala sesuatu. Saya kagum pada kenyataan dan bukti yang menyatakan bahwa perubahan akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.an akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.)
  • NDM Santi Diwyarthi  + (Situasi pandemi dan ketatnya protokol keseSituasi pandemi dan ketatnya protokol kesehatan yang diterapkan telah mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan dan penurunan tingkat hunian hotel. Pemerintah dan manajemen hotel melakukan berbagai bisnis potensial untuk bisnis layanan akomodasi. Salah satu hal yang menjadi tren bagi wisatawan adalah memilih akomodasi yang menarik, aman dan nyaman, kembali ke alam, dan menghindari keramaian yang besar selama pandemi Covid-19. Alternatif yang dihadirkan oleh pengusaha jasa akomodasi adalah glamping. Metodepenerapan kualitas layanan dalam manajemen glamping adalah dengan menyediakan CHSE (cleanliness, health and safety, dan sustainability environment), di setiap departemen manajemen glamping, seperti front office department, housekeeping department, food and beverages department. Peserta dalam kegiatan ini adalah seluruh karyawan glamping management di Desa Wisata Kembang Merta. Desa Wisata Kembang Merta telah berhasil menunjukkan kesiapan pengelolaan glamping dalam menerima wisatawan dengan prosedur CHSE.m menerima wisatawan dengan prosedur CHSE.)
  • Ni Nyoman Srayamurtikanti  + (Speech Delay adalah salah satu komposisi mSpeech Delay adalah salah satu komposisi musik karya komponis perempuan Bali bernama Ni Nyoman Srayamurtikanti. Mang Sraya (panggilan akrab dari komposer) lulusan dari Institute Seni Indonesia Denpasar yang saat ini tengah menempuh pendidikan Master di Institute Seni Indonesia Surakarta telah menghasilkan banyak karya musik kreatif yang masih berpegang teguh pada dasar musik tradisi. </br></br>Speech Delay atau keterlambatan berbicara merupakan istilah umum yang merujuk pada proses keterlambatan berbicara dan berbahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak. Salah satu saudara perempuan Mang Sraya mengalami speech delay, tetapi meskipun mengalami keterlambatan berbicara dan berbahasa, beliau memiliki daya ingat yang sangat tajam dan imajinasi yang kuat. Pengalaman personal ini kemudian memberi inspirasi pada Mang Sraya dan menginterpretasikannya ke dalam karya komposisi musik kreatif. </br></br>Karya ini menggunakan ensambel Gender Wayang. Sistem kerja musikal yang dilakukan dalam garapan ini berdasar pada beberapa dampak yang menyebabkan dan disebabkan oleh speech delay yang memungkinkan untuk dikaitkan dengan tekstual garapan, yaitu :</br></br>1. Gangguan artikulasi bicara diinterpretasikan dengan penggunaan tangkai panggul gender wayang dalam karya komposisi ini. Dalam repertoar gender wayang secara umum tidak menggunakan tangkai panggul untuk memukul bilah-bilah.</br></br>2. Gangguan bahasa reseptif (input) dan ekspresif (output) diinterpretasikan dengan sistem estafet atau bergiliran. Dalam repertoar gender wayang secara umum, sistem permainannya dilakukan secara bersamaan oleh semua instrument. Namun, pada karya ini menggunakan sistem bergiliran. </br></br>3. Memiliki daya imajinasi kuat diinterpretasikan dengan menggunakan banyak melodi berbeda pada setiap instrument. Hal ini berbeda dari sistem repertoar gender wayang yang secara umum memiliki satu melodi dengan ornamen polos dan sangsih. </br></br>Dalam karya ini, komposer membagi komposisi ke dalam empat bagian. Setiap bagian mewakili ide dan konsep tekstual garapan, yaitu :</br></br>1. Pada bagian pertama, penata menggunakan bagian bawah / tangkai panggul gender wayang. Pada bagian awal dimulai oleh kantilan 1 dengan memukul beberapa melodi pendek yang diulang beberapa kali. Kemudian pemain kantilan 1 memukul satu nada pada instrument pemade 1 yang dimaksudkan untuk memberikan aksi pada pemain selanjutnya. Pemain pemade 1 merespon dengan memainkan beberapa melodi pendek yang berbeda respon dari aksi yang diberikan oleh pemain sebelumnya. </br></br>2. Pada bagian kedua menggunakan tempo sedang. Terdapat pembagian melodi antara kantilan dan pemade. Kantilan memainkan 2 nada silih berganti dengan cepat dan ukuran yang berbeda. Di sela-sela melodi tersebut, pemade memberikan aksen sebagai penanda atau penjelas untuk melodi kantilan. Kemudian dilanjutkan dengan melodi yang berjumlah 8 ketuk dengan progresi nada berurutan dan bolak balik yang pada setiap instrumennya memiliki susunan nada berbeda. Melodi-melodi tersebut dimainkan secara estafet atau bergantian.</br></br>3. Pada bagian ketiga, tempo yang digunakan adalah pelan dan berangsur-angsur dipercepat. Pada bagian ini penata membuat satu melodi yang sama antara satu sama lainnya dengan lebih menekankan dinamika pada setiap instrumen. Kemudian dilanjutkan dengan imitasi dari salah satu repertoar gender wayang yaitu: angkat-angkatan. Gending angkat-angkatan pada gender wayang adalah salah satu jenis repertoar gender wayang yang diartikan atau sering digunakan sebagai pengiring wayang ketika berjalan menuju medan perang. Dalam jenis gending ini memiliki 2 melodi berbeda yang dimainkan oleh tangan kanan dan tangan kiri. Pola melodi pada tangan kiri biasanya terdiri dari 4 ketukan yang diulang-ulang dari awal hingga akhir sedangkan melodi pada tangan kanan lebih lincah dan variatif pada progresi nadanya. Dalam hal ini, setiap instrument memiliki melodi yang berbeda namun memilki keterkaitan satu sama lain atau disebut polifoni.</br></br>4. Pada bagian keempat, menggunakan teknik polimetrik yang setiap instrumentnya memiliki ukuran birama berbeda. Kantilan 1 menggunakan ketukan 5/4, pemade 1 menggunakan ketukan 10/4, kantilan 2 menggunakan ketukan ¾ dan pemade 2 menggunakan ketukan 6/4. Dalam 1 kali putaran, semua instrument akan bertemu pada ketukan ke 30. Setiap instrument memiliki kalimat lagu yang berbeda namun pada ketukan ke 20, instrument akan dipertemukan dalam ritme yang hampir sama. Kemudian sebagai penutup terdapat sebuah kebyar dengan susunan nada berbeda antara kantilan dan pemade. </br></br>Karya Speech Delay telah dipentaskan pada festival Musik Kreatif Kuno Kini pada 2020. Karya-karya musik lainnya dari Mang Sraya dapat disaksikan pada kanal YouTube: Sraya Murtikanti.kan pada kanal YouTube: Sraya Murtikanti.)
  • I Ketut Sadia  + (Spirit Para Pengungsi (tinta cina dan akrilik di kertas, 50 x 70 cm) Konsep: Para pengungsi Rohingya berusaha mencari kehidupan baru untuk menghindari konflik etnis di Myanmar. Cahaya matahari pagi adalah simbol semangat dan kehidupan baru.)
  • I Gusti Bagus Rai Utama  + (Studi ini bertujuan untuk menganalisa sebeStudi ini bertujuan untuk menganalisa seberapa efektif dampak dari implementasi kebijakan pemerintah berupa menjaga jarak aman sebagai perilaku sosial – etikal masyarakat Bali dalam menanggapi kebijakan dimaksud. Survei dilakuan dengan menggunakan kuesioner daring oleh 109 responden dari berbagai latar belakang dan usia. Simpulan dari studi ini adalah kebijakan menjaga jarak aman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sejumlah aktivitas yang diprediksi akan meningkatkan angka transmisi Covid-19 di Bali. </br></br>Sejumlah responden juga menyatakan bahwa Covid-19 mengancam mata pencaharian mereka terutama karena Bali sangat bergantung kepada sektor pariwisata. Terdapat dua hal yang berkontradiksi yaitu antara anjuran menjaga jarak aman yang dianggap mengganggu jalannya aktivitas kerja responden dengan kondisi penyebaran yang semakin tinggi jika anjuran dimaksud tidak dilaksanakan. </br></br>Studi ini merekomendasikan upaya untuk mengurangi penyebaran sebagai berikut: pemerintah dapat menutup sebuah wilayah atau mungkin pada tingkat nasional dengan penuh pertimbangan dan memperhatikan kecukupan pangan masyarakat, jaringan komunikasi, listrik, dan air sehingga masyarakat tidak keluar rumah untuk bekerja.syarakat tidak keluar rumah untuk bekerja.)
  • I Putu Agus Adnyana  + (Studi ini bertujuan untuk mengetahui konseStudi ini bertujuan untuk mengetahui konsep Karma Yoga dalam hubungannya dengan kecerdasan spiritual dan kinerja pegawai LPD di Kabupaten Buleleng. Konsep Karma Yoga adalah sebuah nilai kearifan lokal yang dapat memberikan panduan kepada para pegawai LPD dalam bentuk rasa kesungguhan dalam bekerja yang menjadi dasar untuk meningkatkan kinerja pegawai LPD. Populasi studi ini adalah semua LPD yang aktif beroperasi di Kabupaten Buleleng. Sampel dipilih menggunakan teknik random sampling. Analisis data menggunakan SEM berbasis komponen, Partial Least Square (PLS) metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Kharma Yoga dan kecerdasan spiritual memiliki korelasi dengan performa karyawan.emiliki korelasi dengan performa karyawan.)
  • Rosvita Flaviana Osin  + (Studi ini bertujuan untuk mengkaji keberadStudi ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan pekerja wanita di sektor industri spa di wilayah Kabupaten Badung dan untuk mengetahui peran serta implikasi ekonomi, sosial, dan kultural dari mereka yang bekerja di sektor ini. Studi ini menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan informan, observasi, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari total 20 terapis spa, sebanyak 85 persen menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan kualitas hidup setelah bekerja di bidang ini. Sejumlah kualitas unggul yang dimiliki oleh perempuan Bali yang bekerja sebagai terapis diantaranya keramahtamahan, murah senyum, kejujuran, dan keahlian yang tinggi. Beberapa kelemahan meliputi ketrampilan berbahasa Inggris yang masih rendah, kurangnya motivasi untuk menempati posisi tertentu, kurangnya kepercayaan diri dan rendahnya kompetensi. Peluang kerja yang sangat tinggi, potensi pariwisata Bali, Spa sebagai sebuah industry yang menjanjikan, merupakan prioritas yang tinggi. Tantangan yang dihadapi mencakup perubahan pada selera konsumen dan kompetisi bisnis. Beberapa peran dan implikasi perempuan Bali yang bekerja pada industri spa diantaranya a) implikasi ekonomi: perempuan Bali dapat berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan keluarga, b) implikasi sosial: perempuan Bali dapat meningkatkan status sosialnya maupun keluarganya, c) implikasi budaya: perempuan Bali dapat turut melestarikan budaya mereka.li dapat turut melestarikan budaya mereka.)
  • I Nyoman Wardi  + (Studi ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Studi ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Gianyar, Badung, dan Denpasar. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan sistem pengelolaan sampah perumahan warga Bali, serta untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi dalam sistem manajemen limbah berbasis komunitas. Untuk mencapai tujuan-tujuan dimaksud, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah kendala dihadapi oleh lembaga pengelola limbah di tingkat desa seperti: 1) rendahnya kesadaran publik, 2) sulitnya mencari lahan untuk mengelola sampah, 3) belum adanya pemisahan sampah organik dan non-organik di rumah masing-masing, 4) jadwal pengangkutan sampah yang kurang tepat, 5) terbatasnya jumlah mesin penebah, 6) pemasaran kompos yang tidak teratur dan masih sangat terbatas, 8) kendala kesehatan pekerja pengolah sampah, 9) terbatasnya dana operasional manajemen limbah. Pengelolaan limbah berbasis sosial budaya bermanfaat untuk mengaktualisasi dan meningkatkan peran institusi tradisional (desa tradisional/banjar) karena ini mendukung visi dan misi Tri Hita Karana, mengubah paradigma budaya Bali mengenai manajemen limbah (rekayasa budaya), aktualisasi nilai-nilai budaya dan kesucian lingkungan (sebagai sumber daya yang penting) serta wilayah, mendorong tradisi gotong royong menjaga lingkungan, mempromosikan upaya 3R (reduce, reuse, and recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangga, meningkatkan peran ibu rumah tangga, menerapkan aturan pengelolaan sampah rumah tangga dan lingkungan yang effektif melalui mekanisme penghargaan-hukuman dengan awig-awig.isme penghargaan-hukuman dengan awig-awig.)
  • I Wayan Karta (Cover)  + (Suling Sunari karya I Wayan Karta (Cover))
  • I Wayan Karta (Cover)  + (Suling Sunari karya I Wayan Karta (Cover))
  • I Putu Swaryandana Ichi Oka  + (Swasti Prapta adalah garapan tari karya koSwasti Prapta adalah garapan tari karya koreografer Dewa Ayu Eka Putri yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud bersama komposer I Putu Swaryandana Ichi Oka yang berasal dari Banjar Sayan, Ubud, Gianyar.Garapan tari ini diciptakan pada tahun 2018 dan pertama kali dipentaskan pada Festival Cudamani yang diadakan setiap tahun dari tahun 2016.</br></br>Swasti Prapta memiliki makna "selamat datang", garapan tari kreasi baru ini bertujuan untuk menghibur dan mengundang kebaikan dari segala arah. Gerakan-gerakan tari yang sederhana namun bermakna, demikianlah seharusnya penyambutan pada segala kejadian. Rangkaian nada musik yang harmonis dan dinamis, menunjukkan kesigapan dan kesiapan menyambut hal-hal yang baru. Simetri dan asimetri selalu berdampingan, kebaikan tentu tidak hanya berasal dari kebaikan, tetapi bisa jadi lahir dari pembelajaran terhadap pengalaman-pengalaman buruk. Swasti Prapta, selamat datang segala kejadian.ti Prapta, selamat datang segala kejadian.)
  • I Dewa Ketut Alit  + (Tabuh Caru Wara gubahan dari komposer I DeTabuh Caru Wara gubahan dari komposer I Dewa Ketut Alit yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud. Dewa Alit lahir dari keluarga seniman di Bali. Sebagai komposer, ia dikenal memiliki pendekatan "avant garde" namun tetap mempertimbangkan nilai-nilai tradisi. Dewa Alit kerap diundang untuk mengajar dan membuat komposisi gamelan Bali di luar negeri, diantaranya: Boston, Massachusetts, New York, Munich, Frankfurt, dan lain-lain. Pada tahun 2007, Dewa Alit mendirikan Gamelan Salukat dan telah melakukan tur ke Amerika pada tahun 2009 dan 2010. Tabuh Caru Wara diciptakan pada tahun 2005 yang memiliki makna mengharmonikan dinamika yang kompleks dari nilai-nilai, gesekan, benturan, konflik, arah yang berlawanan, konsep saling mengisi dan kerumitan yang terkandung dalam perputaran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.taran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.)
  • Agung Wiyat S. Ardhi  + (TAKSU Oleh: Agung Wiyat S. Ardhi HentikanTAKSU</br>Oleh: Agung Wiyat S. Ardhi</br></br>Hentikan gerakan melayang itu</br></br>Duhai Matahari, duhai angin, duhai hari. hamba teramat takut Tuhan bosan</br></br>Marah membara, hamba mengharapkan yang dicari mencari segala dicari tidak didapat </br></br>tidak mendapat kapandaian.</br></br></br>Kini, dari Prabhata laut Sanur</br></br>Saraswati bersinar menyinari keutamaan beliau menaburkan bunga-bunga kecerdasan, </br></br>Kepandaian</br> </br>Kepada dia yang tekun mempelajari sastra </br></br>Mempelajari aksara</br> </br>Mempelajari filsafat.</br></br></br>Matahari, angin, hari</br></br>Jangan lagi dijeda orbitmu,</br> </br>Hamba tak lagi takut </br></br>Tuhan tak lagi bosan</br> </br>Sebab Saraswati sudah memerciki</br> </br>Padma Kesara</br> </br>Taksu</br> </br>Menaburkan bunga-bunga kebaikan</br> </br>Memenuhi alam Denpasar.</br></br></br>Kini, marilah masukkan dupa itu berbungakan api</br> </br>Membara</br></br>Agar mendapat segala yang dicari</br> </br>Mencari kepandaian</br> </br>Mencari kemakmuran</br> </br>Berdasarkan cinta kasih</br></br>Hingga mendapatkan kebahagiaan</br></br></br>Bhadarika Ashrama,</br></br>14 Agustus 2013iaan Bhadarika Ashrama, 14 Agustus 2013)
  • Dewi Susiloningtyas  + (Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali adalah sTaman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali adalah salah satu hutan konservatif mangrove di Indonesia. Umumnya, hutan ini dimanfaatkan untuk riset, sains, pendidikan, kebudayaan, wisata budaya, dan rekreasi. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisa persepsi anggota masyarakat sekitar lokasi hutan mangrove Ngurah Rai terhadap ekosistem mangrove, 2) menganalisa partisipasi anggota masyarakat di sekitar wilayah hutan terkait manajemen hutan mangrove, 3) menganalisa korelasi antara persepsi dan partisipasi masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2017 di Denpasar, dan berlokasi di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Paper ini ditulis berdasarkan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dengan unit analisa yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mewawancari anggota komunitas di wilayah studi. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk analisa kuantitatif dan kualitatif.bentuk analisa kuantitatif dan kualitatif.)
  • Wayan Arthawa  + (TANAH LELUHUR Menggurat aksara di daun lTANAH LELUHUR</br></br></br>Menggurat aksara di daun lontar</br>kidung mana yang harus dialirkan</br>mengendapkan bathin dalam semadi</br>anak-anak semuanya berlari</br>meninggalkan tanah leluhur</br></br>melebur tanah kehidupan serasa kosong</br>di pohon-pohon gamelan</br>puncak candi berendam keperihan</br>leluhur kita</br></br>seperangkat canang dan dupa</br>menggigil di keheningan jagat</br>tak bertuah untuk menyegarkan kandungan</br>kesetiaan bagi kehidupan</br>bagi kita</br>anak-anak</br>dan cucu-cucu</br></br>Amlapura, 1989ta anak-anak dan cucu-cucu Amlapura, 1989)
  • Ni Putu Devy Gita Augustina  + (TANGAN SIAPA . Itu tangan siapa? MenggorTANGAN SIAPA</br>.</br></br>Itu tangan siapa?</br></br>Menggores pena</br></br>Di atas kertas tak berwarna</br></br>Garis-garis berbeda</br></br>Menumpahkan merah lalu ungu</br></br>Seperti meramu coklat dan biru</br></br>Bukankah itu kelabu</br></br>.</br></br>Itu tangan siapa?</br></br>Menyilang kuas</br></br>Mengaduk cat diatas kanvas</br></br>Menebalkan helaan napas</br></br>Menyelipkan rambut di belakang telinga</br></br>Uraikan makna dalam jingga</br></br>Nila merekah</br></br>Tawa tabur renjana</br></br>.</br></br>Desember 2018ekah Tawa tabur renjana . Desember 2018)
  • I Ketut Budiana  + (Tanpa suatu pergerakan bukanlah sesuatu keTanpa suatu pergerakan bukanlah sesuatu kehidupan di dunia ini, gerakan, aktivitas adalah ciri kehidupan. kehidupan terjadi karena tidak seimbangnya enerji, yang menimbulkan sesuatu sirkulasi atau pergerakan di dunia ini, manusia memerlukan enerji atau kekuatan untuk hidup di dunia ini. Manusia mempunyai wadah untuk mengontrol energi agar tidak berlebihan dan sesuai dengan keperluan manusia itu sendiri untuk keseimbangan hidup sehingga bisa hidup harmonis antara satu dengan yang lainnya, kelompok, satu dengan kelompok yang lain, juga antar Negara, akan menjadi damai dan aman, karena saling menghargai dan saling menghormati. Untuk itulah masing masing hendaknya tahu apa yang mesti dilakukan dalam hidup ini sehingga bisa menuju kehidupan yang harmonis, damai, tentram, sejahtera.</br>Mengenal diri lebih mendalam tahu sang diri yang sejati melihat diri dari luar diri, melihat lingkungan kita dari luar, melihat bali dari luar bali, melihat Indonesia dari luarIndonesia atau semacam itu, membandingkan budaya sendiri dengan budaya luar diri dan seterusnya, maka optimisme atau pesimisme yang berlebihan bisa diantisipasi.</br>Seperti menganggap diri kita paling kaya, pintar, besar, berkuasa, baik atau yang lainnya, dan sebaliknya. Dengan pertimbangan inilah saya mencoba untuk mengangkat konsep melihat diri dalam hasil karya seni. Khususnya seni rupa. Dengan melihat dan menikmati karya seni, kita bisa melihat diri kita didalam karya itu, yang seolah olah karya seni itu sebagai cermin diri penikmatnya. Yang selanjutnya bisa mengenal diri, mengontrol diri, sehingga kehidupan bisa seimbang dan harmonis, untuk menuju kebahagiaan sejati.</br>Saya akan coba memperlihatkan hasil karya saya sehubungan dengan konsep tadi, dengan beberapa penjelasan.</br>Orang tua Bali menyebutkan ;INGET INGET ANG RAGANE ; disini ada makna yang sangat dalam untuk mengenal sang diri sejati,tentunya dengan ajaran ajaran yang dilakoni oleh para bijaksana. Inget berarti eling,ingat dengan keberadaan diri sendiri dan belajar mengenal diri atau Raga.</br>Dengan berkesenian salah satu cara untuk mengenal diri ,dengan berkarya,atau melakukan kegiatan berkesenian maka bisa menumbuhkembangkan rasa ,cipta dan karsa</br>secara bersamaan dan terjadi kolerasi antara daya cipta ,dan di wujudkan secara visual,dapat dirasakan oleh sipembuat dan si penikmat,karya ini sebagai cermin bagi yang membuat atau juga si penikma.</br></br>Saya coba mengangkat sifat sifat ataupun makna yang terselubung dalam istilah tadi dengan media dan teknik yang saya miliki dalam seni lukis.</br></br>Dari Deco Ubuda miliki dalam seni lukis. Dari Deco Ubud)
  • Luh Yesi Candrika  + (Tantangan hidup di zaman kali ini tidaklahTantangan hidup di zaman kali ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan keadaan alam dapat mempengaruhi perilaku manusia yang merupakan isi dari alam. Konon, manusia yang hidup di zaman ini akan menghadapi berbagai penderitaan. Namun, kebenaran dan kebijaksanaan tetap ada mendampingi, walaupun dapat pula dipengaruhi oleh segala bentuk kekotoran dunia, seperti penghinaan, rasa iri hati, loba, suka menyakiti, dan hasrat untuk mencelakai orang lain.K ata kali dalam bahasa Sansekerta berarti nama yuga atau zaman dunia yang keempat. Pada kehidupan saat ini, pengaruh dari zaman kali dapat dirasakan oleh siapa pun. Misalnya dalam beberapa kasus yang terjadi, seperti menyebarkan berita bohong (hoax), uajaran kebencian di media-media sosial, kasus korupsi, maupun perilaku kekerasan fisik hingga mental. Jika dilihat dari permasalahan yang ada, mentalitas manusia merupakan akar permasalahannya. Usaha untuk mencegah segala kemungkinan buruk dalam tatanan kehidupan sosial, maka generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa Indonesia merupakan target utama dalam upaya menata perilaku sosial untuk menghadapi tantangan zaman semenjak dini.</br></br>Untuk dapat menghadapi tantangan zaman, diperlukan usaha-usaha yang mampu menempatkan seseorang dapat beradaptasi dalam suatu situasi yang terus berubah. Pada awal tahun 2020 yang lalu, terdapat suatu gebrakan baru dalam dunia pendidikan yang digagas oleh Bapak Menteri Republik Indonesia Nadiem Makarim, mengenai konsep “merdeka belajar”. Konsep ini memiliki esensi kemerdekaan berpikir kepada para guru atau tenaga pendidik dalam hal sistem pengajaran dan kepada siswa dalam hal memperoleh ilmu pengetahuan. Mengacu pada konsep ini, memiliki tujuan yang baik dan utama, yaitu Bangsa Indonesia tengah berupaya mencetak generasi-generasi emas yang cerdas, berkarakter, kompeten, serta memiliki keluhuran budi. </br></br>Apabila mengacu pada konsep merdeka belajar yang merujuk pada siswa dalam hal kebebasan berpikir untuk mengembangkan kompetensi diri, maka kisah Ekalawya dalam teks Adiparwa dapat dijadikan contoh bagi seorang yang tengah belajar. Dalam karya sastra ini, kita diberikan sajian cerita bahwa Ekalawya yang merupakan putra dari Sang Hiranyadhanuh sangat besar keinginannya untuk belajar memanah dan berguru pada Guru Drona. Ia tahu bahwa Guru Drona merupakan pengajar pemanah terbaik yang berguru langsung pada Ramaparasu. Akan tetapi, Ekalawya tidak diterima sebagai murid Drona karena ia berasal dari kasta Nisada atau pemburu (Hana ta sang Ekalawya ngaranya, anak sang Hiranyadhanuh, ya tahyun mangajya ri Dang Hyang Drona, ndatan tinanggap nirapan Nisadaputra).</br></br>Sementara itu, keinginan besar Ekalawya untuk berguru menjadi semakin tidak mendapatkan secercah harapan ketika guru Drona sudah diminta menjadi guru bagi para ksatria Hastina. Akan tetapi, dengan nyala semangat yang tinggi, Ekalawya membuat patung Drona lalu dengan cara berkonsentrasi pada patung itu dan informasi lisan yang ia dengarkan memberikan tuntunan tentang berbagai ajaran ilmu memanah. Hingga membuatnya benar-benar pandai karena baktinya yang sungguh-sungguh kepada seorang guru (Mgawe ta ya Drona pratima, manggalanyan pangabhyasa dhanurweda. Mogha ta widagdha de ning bhatinya ring guru). Bagian kisah ini, menunjukan adanya usaha untuk merdeka belajar yang dilakukan oleh Ekalawya dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi dirinya. Ekalawya sadar dengan bakat yang ia miliki kemudian dengan sungguh-sungguh belajar dari gurunya dalam simbol sebuah patung yang telah menuntunnya sehingga memiliki kemampuan ilmu memanah yang hebat. Konon, orang yang terbiasa melatih pikiran (manah) dengan cara fokus dan berkonsentrasi penuh, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang ia harapkan. </br></br>Persoalan belajar bukan hanya ditentukan oleh ruang dan waktu. Sama halnya dalam situasi seperti sekarang ini, yaitu saat pandemi atau wabah virus corona yang tak kunjung berhenti membuat para pelajar tidak pergi ke sekolah dan belajar sesuai dengan waktu belajar yang ditetapkan di sekolah. Anjuran untuk megurangi aktifitas berkerumun (social distancing), membuat para pelajar harus belajar dari rumah mereka masing-masing. Dalam keadaan seperti itu, apabila kita berkaca dari kisah Ekalawya, seorang pelajar dituntut untuk memiliki etos belajar yang tinggi dengan segala keterbatasan yang ada. Ekalawya dapat membaca dengan baik kemampuan dan minat diri sehingga ia memiliki kesadaran bahwa seseorang memiliki kebebasan dalam belajar sebagai bentuk merdeka belajar untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi diri (nincapang guna gina ring angga). Dalam situasi ini, pembelajaran jarak jauh atau tidak tatap muka dengan guru hendaknya menjadi tantangan tersendiri untuk menguji kedisiplinan dan ketekunan seorang murid. Tentu para murid di zaman ini masih lebih beruntung dari Ekalawya. Para pelajar masih dapat bertatapan langsung dengan guru-guru di sekolah melalui media daring sehingga memperoleh ajarannya secara langsung, tanpa harus membuat patung guru sebagai simbol yang memberi tuntunan layaknya Ekalawya. </br></br>Dengan demikian, ada tiga hal yang mesti dicatat dan dimaknai dari kisah Ekalawya dalam hal merdeka belajar. Pertama, pembelajaran mandiri yang ia lakukan di bawah tuntunan maya dari Guru Drona menjadikannya pemanah yang sangat unggul. Kedua, dari kisah ini kita melihat bahwa etos belajar yang tinggi memang mesti terbit dari lubuk hati siswa sendiri. Pembelajaran yang bertumpu pada siswa atau (student center learning) seperti Ekalawya terbukti berhasil. Ketiga, ada semangat guru bakti “guru susrusa” dari Ekalawya yang kita bisa ikuti di zaman ini. Dari bakti kepada guru itulah jernih aliran pengetahuan senantiasa didapatkan sebagai penerang kehidupan. Walaupun dalam kisah Mahabarata, Arjunalah yang dikenal sebagai ksatria pemanah terbaik, tetapi para pembaca yang membaca karys sastra ini akan tetap mengingat bahwa Ekalawya merupakan sosok pelajar terbaik yang salampah lakunya akan tetap dikenang (@YesiCandrika BASAbali WIki)tap dikenang (@YesiCandrika BASAbali WIki))
  • Ramanda Dimas Surya Dinata  + (Tantangan yang dihadapi semenjak tujuh tahTantangan yang dihadapi semenjak tujuh tahun terakhir adalah bagaimana berbagai lokasi di Bali, salah satunya adalah Pantai Balangan di wilayah Badung Bali telah mengalami komodifikasi semenjak semakin maraknya fenomena foto pra pernikahan. Bagaimana ruang alamiah terkomersialisasikan dan memunculkan permasalahan yang cukup kompleks. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam penyebab terjadinya komodikasi area Pantai Balangan dan dampak dari praktek komodifikasi. Sumber data penelitian kualitatif ini adalah observasi dan wawancara yang dianalisa menggunakan teori kritis seperti teori komoditas meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi yang dikaitkan dengan ekologi manusia. Hasil analisa data menunjukkan bahwa praktek komodifikasi di Bali, khususnya di area Balangan muncul karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti masyarakat yang menganggap photo pra pernikahan sebagai sesuatu yang eksklusif dan dapat dijangkau, latar belakang pekerjaan masyarakat lokal yang masih tergolong kelompok masyarakat kelas bawah, serta wilayah yang umumnya masih dikontrol oleh investor asing – menyebabkan celah ekonomi yang tinggi antara masyarakat lokal dan pendatang di wilayah Balangan. Permasalahan tidak hanya terletak pada masyarakat marginal setempat, namun juga sistem ekonomi informal yang tidak terkelola dengan baik dan pengaruh investor asing.a dengan baik dan pengaruh investor asing.)
  • Nyoman Butur Suantara  + (Tari Topeng Wayang Wong di Pura Taman PuleTari Topeng Wayang Wong di Pura Taman Pule. Di saat-saat menjelang upacara.., hening, muram dan terbuka kedoknya.</br>Bab selanjutnya dari Living Maks of Bali: Sacred Wayang Wong Pura Taman Pule. Potret-potret yang diambil ManButur ini merupakan bagian dari rangkaian artikel 'Dancing Memories of Wayang Wong' oleh Sawidji Gallery.ries of Wayang Wong' oleh Sawidji Gallery.)
  • I Wayan Sukra  + (Tarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestrTarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestro tari I Ketut Mario pada tahun 1925, menjadi satu tarian repertoar Bali yang secara teknis paling menantang, gerakannya terinspirasi oleh alam dan menghubungkan penari dengan Bumi. Dijiwai dengan elemen kehalusan, ketepatan dan kekuatan yang luar biasa, tarian ini merupakan cerminan dari jalan kemanusiaan kita sendiri yang mencari keseimbangan antara maskulin / feminin; kekuatan / kelembutan; keberanian / kehati-hatian. Kemampuan penari solo untuk mencocokkan dan mengimbangi bahkan melebihi musik yang kuat dari gamelan lengkap adalah salah satu aspek yang paling menuntut dan mengesankan dari tarian ini. menuntut dan mengesankan dari tarian ini.)
  • Antonio Maria Blanco  + (Terdapat berbagai versi cerita legenda CinTerdapat berbagai versi cerita legenda Cinderella diberbagai penjuru dunia. Ini versiku: Ada empat gadis, yang tiga buruk rupa dan hati. Sang ibu tiri membenci Cinderella, gadis keempat, selalu mengejek dan menyusahkannya. Akhirnya Cinderella meninggalkan rumah dan saat ia sampai di gunung, seekor burung ajaib menemaninya dan memberikan banyak hadiah emas, permata, dan cinta. Legenda ini berujung dengan seorang pengeran rupawan menikahi Cinderella dan mereka hidup bahagia selamanya.erella dan mereka hidup bahagia selamanya.)
  • I Nyoman Cerita  + (The Garuda Wisnu Kencana tells about the sThe Garuda Wisnu Kencana tells about the struggle of Lord Vishnu (Dewa Wisnu) who is assisted by the Garuda bird as his mount to seize Tirta Amerta (water of life) against the power of giants. Through a very deadly war, Tirta Amerta can be seized by The Lord Vishnu. The Tirta Amerta then is used to maintaining life.a Amerta then is used to maintaining life.)
  • Dewi Dian Reich  + (The Living Masks of Bali adalah seri kami The Living Masks of Bali adalah seri kami yang mengeksplorasi dan merayakan topeng tradisional Bali. Kami kembali hari ini dengan melihat dari dekat Topeng Tua, Topeng Tua. Percakapan dengan Penari dan Pembuat Topeng Kadek Sudiasa dari Mas Ubud. Serangkaian potret Topeng Tua. Diiringi perbincangan dengan Kadek Sudiasa yang mengulik hubungan dan kenangannya dengan Topeng Tua. Sebagai penari dan pembuat topeng.ng Tua. Sebagai penari dan pembuat topeng.)
  • Ni Wayan Adnyani  + (tiba-tiba aku teringat pertama kali menemtiba-tiba aku teringat pertama kali </br>menemukanmu di panggung benderang</br>mata berbinar,</br>diam-diam warna merahmu </br>menyalakan wajah perempuanku </br>dengan semua kecantikan semesta</br></br>tiba-tiba juga puisinya pecah dengan nyaring, </br>ketahuilah ini bukan nyaring yang sering kau asingkan</br>nyaring ini paling merdu yang pernah aku dengar</br>lakon Kumbakarna takluk dengan sempurna</br>terurai kisahnya dalam kelopak-kelopak jepun berwarna merah</br>ada terselip satu dua tembang di ujung cerita </br>dan gamelan menggila di ujung jemarimu</br>panggung sungguh menjadi gemintang</br></br>dan aku,</br>tiba-tiba ingin menjadi perempuan </br>berwarna emas di antara warna merahnya</br></br></br>(Jayasabha, Januari 2020; </br>catatan pertama kali bertemu ibu PS)020; catatan pertama kali bertemu ibu PS))
  • Dewi Dian Reich  + (Topeng Dalem. Raja, Topeng dan Tarian. ToTopeng Dalem. Raja, Topeng dan Tarian.</br></br>Topeng Dalem mewakili Raja, Dalem Waturenggon, terkait dengan Zaman Keemasan Kerajaan Gelgel Bali pada abad ke-16. Dia dikenal dalam narasi ini sebagai pengasih, baik hati dan bijaksana. Raja yang penyayang. Itu sebabnya, menurut Kadek Sudiasa, untuk mengukir dan menangkap esensi Topeng Dalem sulit dilakukan. Untuk menangkap ketenangan dan kelembutan Raja ini, dengan apa yang dia gambarkan memiliki kelembutan tertentu di sekitar matanya. Kehalusan dalam karakternya inilah yang membuatnya sulit untuk ditangkap. Ia tidak memiliki ciri-ciri nyata yang terkandung dalam Topeng Keras atau Topeng Tua.andung dalam Topeng Keras atau Topeng Tua.)
  • Kadek Sudiasa  + (Topeng Tuli merupakan bagian dari Topeng BTopeng Tuli merupakan bagian dari Topeng Bondres. Itu dilakukan di masa lalu sebagai hiburan selama upacara dan acara komunitas. Topeng ini dibuat oleh Kadek Sudiasa untuk Pameran 'Dunia Tanpa Suara Antologi' di Galeri Sawidji.</br></br>"Mereka yang tidak bisa mendengar, jangan anggap enteng atau kurang dari mereka.. karena mereka memiliki sesuatu yang ekstra, sesuatu yang istimewa yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Ciptaan Tuhan penuh dengan keseimbangan dan keadilan. Jika mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup mendengar.. mereka memiliki hal lain yang ekstra yang mungkin tidak kita lihat." ~ Kadek Sudiasamungkin tidak kita lihat." ~ Kadek Sudiasa)
  • Made 'Kaek' Dharma Susila  + (Tounges of Fire karya Made Kaek adalah bagTounges of Fire karya Made Kaek adalah bagian dari karya baru yang menampilkan dimensi misterius Made Kaeks serta kesadaran komunitas yang tajam. Dipamerkan dalam 'Dunia Tanpa Bunyi Antologi' di Galeri Sawidji.</br>"Karya ini adalah cerminan betapa kacaunya dunia nyata. Di dunia nyata, penting juga untuk memiliki dunia yang sunyi. Kita memang membutuhkan keseimbangan keheningan ini." ~Made Kaekn keseimbangan keheningan ini." ~Made Kaek)
  • Putu Desy Apriliani  + (Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, investasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap kondisi kemiskinan di Kabupaten Karangasem. Wilayah ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena hingga kini Kabupaten Karangasem masih memiliki persentase kemiskinan yang relatif lebih tinggi dibandingkan delapan kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Observasi non-partisipan dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Karangasem adalah metode pengambilan data yang penulis pilih untuk menjawab sejumlah permasalah penelitian. Data tingkat pendidikan, investasi, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan yang terkumpul dari tahun 2010-2019 kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik analisa regresi linier berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat pendidikan, investasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kondisi kemiskinan di Kabupaten Karangasem. Tingkat pendidikan, investasi dan pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi kemiskinan di kabupaten Karangasem. Variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap kondisi Kemiskinan di kabupaten Karangasem adalah variabel investasi.aten Karangasem adalah variabel investasi.)
  • Luh Putu Kirana Pratiwi  + (Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan pendapatan petani dan pelaku bisnis pertanian. Permasalahan utama berupa terbatasnya modal yang dimiliki oleh para petani. Penelitian ini menentukan beragam aktivitas agrobisnis serta menganalisa efektivitas Koperasi Agrobisnis Terpadu terhadap tingkat pendapatan petani Subak Guama, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Subyek penelitian ini adalah petani Subak Guama yang menerima bantuan modal, sedangkan objek penelitian adalah pendapatan petani dimaksud. Penelitian menggunakan data kuantitatif dengan teknik analisa berupa analisa deskriptif, yaitu t-test sampel berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Subak Guama melaksanakan sejumlah kegiatan seperti pengelolaan padi terpadu, kegiatan integrasi padi-ternak, dan tugas penguatan modal usaha rumah tangga berupa pinjaman usaha mandiri; 2) terdapat perbedaan tingkat pendapatan usaha tani petani Subak Guama sebelum dan sesudah menerima bantuan modal koperasi agribisnis sebesar 7.24% dengan tingkat efektivitas sebesar 86.69% dengan kriteria efektif.as sebesar 86.69% dengan kriteria efektif.)
  • I Wayan Muka  + (Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapaTujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dari masing-masing OPD Provinsi Bali terkait penerapan E-Government (SPBE), menentukan kondisi penerapan E-Government (SPBE) di Provinsi Bali dan menentukan langkah strategis untuk meningkatkan indeks tingkat kematangan SPBE Provinsi Bali. Metode penilaian evaluasi dilakukan melalui pengukuran tingkat kematangan berdasarkan e-Government Maturity Model (eMM). Kajian ini mengungkap bahwa kelemahan utama dalam implementasi SPBE Provinsi Bali, terutama di beberapa OPD yang memberikan layanan publik, adalah belum terintegrasinya aplikasi atau sistem dan masih lemahnya SDM dan infrastruktur IT di masing-masing OPD. Langkah yang perlu dilakukan adalah menyusun Rencana Induk Pengembangan SPBE yang memiliki kelengkapan pada sisi muatan visi dan misi SPBE, arsitektur SPBE, peta jalan SPBE serta integrasi sistem aplikasi dan penggunaan aplikasi umum secara menyeluruh.enggunaan aplikasi umum secara menyeluruh.)
  • Desak Ayu Putu Suciati  + (Tujuan studi ini adalah merancang wujud opTujuan studi ini adalah merancang wujud optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19. Studi ini berbentuk deskriptif-kualitatif yang lebih banyak menggunakan dan mengumpulkan informasi dengan cara mendalami setiap fenomena sosial yang terjadi. Pembagian kewenangan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali dalam upaya pencegahan pandemi Covid-19 mengalami banyak hambatan. Diperlukan optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19.m Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19.)
  • Putu Ayu Sani Utami  + (Tujuan: Stres pada lansia adalah perasaan Tujuan: Stres pada lansia adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang yang diakibatkan oleh stresor berupa perubahan fisik, mental, dan sosial lansia yang mempengaruhi status emosional dan menimbulkan penyakit. Pengelolaan stres lansia dapat dilakukan dengan terapi reminiscence yang menggunakan memori dan kenangan masa lalu untuk menjaga kesehatan mental lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi reminiscence terhadap stres lansia. Metode: Desain pada penelitian ini adalah quasi-experimental yaitu nonequivalent control group design. Sampel terdiri dari 34 lansia yang dipilih secara purposive sampling, dibagi menjadi 17 lansia kelompok perlakuan dan 17 lansia kelompok kontrol dan pengumpulan data dilakukan menggunakan Stress Assessment Questionnaire (SAQ). Hasil: Hasil analisis uji independent sample t-test dengan tingkat kemaknaan 95% menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terapi reminiscence terhadap stres pada lansia. Simpulan: Kegiatan bercerita kenangan masa lalu dapat membantu lansia berinteraksi dan mengungkapkan perasaannya kepada keluarga dan teman sehingga lansia mampu beradaptasi terhadap stres.a lansia mampu beradaptasi terhadap stres.)
  • Gede Benny Setia Wirawan  + (Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetuhTujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetuhui hubungan antara keyakinan konspirasi, kepercayaan terhadap media, dan sumber informasi dari otoritas, dengan penerimaan terhadap vaksin Covid-19. Metode: Kami melakukan survei daring kepada warga usia dewasa di Provinsi Bali dari 14 September hingga 30 Oktober 2020, mengumpulkan data demografi, dampak pandemi, kepercayaan konspirasi, kepercayaan pada media konvensional dan sumber resmi, dan penerimaan vaksin. Kami melakukan analisa bivariat dan multivariat untuk determinan penerimaan vaksin dengan SPSS 23.0. Hasil: Kami merekrut 779 responden dengan proporsi 38.9% laki-laki, median usia adalah 24 tahun (IQR 20-26 tahun). Hasil penelitian menunjukkan penerimaan vaksin sebesar 60.8%. Penerimaan vaksin berkorelasi dengan keyakinan konspirasi, kepercayaan pada media konvensional dan sumber-sumber otoritatif dengan Spearman’s Rho masing-masing sebesar 0.350, 0.269, dan 0.287. Mengontrol variabel demografi dan dampak pandemi, menunjukkan keyakinan konspirasi yang kuat dan kepercayaan pada media konvensional sebagai satu-satunya variabel penentu bebas dengan OR masing-masing sebesar 0.33 (CI95% 0.20 – 0.54) and 1.91 (CI95% 1.37 – 2.65). Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan dampak infodemik yang cukup besar, yang diwakili oleh keyakinan konspirasi, kepercayaan pada media, dan sumber otoritatif, terhadap penerimaan vaksin COVID-19. Pesan kesehatan masyarakat yang efektif harus dilakukan bersamaan dengan peluncuran vaksin untuk meningkatkan penerimaan dan mencapai kekebalan kelompok.enerimaan dan mencapai kekebalan kelompok.)
  • Ni Ketut Sri Rahayuni  + (Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikaTulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan wacana politik yang memiliki kaitan dengan gender dalam kampanye media luar ruang. Media kampanye luar ruang merupakan ruang publik yang paling efektif untuk dapat menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan seorang calon baik pemimpin maupun anggota parlemen apalagi jika dikaitkan dengan gender yang masih menjadi masalah utama di Indonesia. Gender dalam politik Indonesia masih belum seimbang mengingat belum optimalnya dan keseimbangan kontribusi laki-laki dan perempuan dalam dunia politik. Hal itu menjadi perhatian utama media luar ruang kampanye sejumlah caleg perempuan pada pemilu legislatif 2014. Sumber data dari makalah ini diambil dari daerah - Badung, Jembrana, Klungkung, dan Denpasar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara perekaman dengan memotret media kampanye luar ruang yang berisi informasi terkait gender. Selanjutnya, metode deskriptif kualitatif menjadi pilihan untuk mendeskripsikan data – data penelitian yang berkaitan dengan teori wacana dan teori gender dalam penggunaan bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa gender merupakan salah satu wacana pemilihan calon wakil rakyat, khususnya perempuan untuk mendapatkan suara dan simpati. Untuk itu, proyeksi penggunaan istilah gender, kesetaraan hak, dan perjuangan dengan laki-laki menjadi pilihan utama untuk menunjukkan perjuangan kesetaraan gender. Variasi penggunaan juga terlihat namun dengan tetap mempertahankan sisi gender perempuan sebagai pihak yang memperjuangkan haknya. sebagai pihak yang memperjuangkan haknya.)
  • I Wayan Juniarta  + (Uled (Ulat) Jika tidak ada hujan tidak adUled (Ulat)</br></br>Jika tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba desa anda diserbu oleh ribuan ulat bulu, adakah ini pertanda sesuatu?</br></br>“Itu pertanda bahwa ulat tersebut tidak tahu tukang cukur atau salon. Jika ada tukang cukur Maduratna atau salon, tentu tidak akan seragam model bulunya; ada ulat yang keriting, gundul, cepak, dan juga rebonding,” kata I Putu Tawah Matah.</br></br>Mereka pada tertawa semua. Begitulah akibatnya jika bertanya pada orang yang kurang waras, jawabannya pun menjadi tidak waras.</br></br>“Itu artinya peringatan terhadap diri kita. Mungkin ada sesaji yang kita haturkan kurang, atau baktinya yang tidak tulus, sahut I Made Tirtayatra Miratdana.</br></br>Begitulah akibatnya jika senang sekali merasa seperti paling tahu kehendak Ida Bethara (Tuhan). Ketika terjadi gunung meletus, katanya Ida Bethara murka, ketika terjadi tsunami, katanya Ida Bethara ngambek. Ada ulat mewabah, katanya Ida Bethara tersinggung karena sesaji (aci-aci) nya kurang. Sepertinya Ida Bethara tidak punya pekerjaan lain selain membuat bencana dan mala petaka.</br>“Pola pikirmu sama seperti Ketua DPR yang dengan santainya mengatakan bahwa wabah ulat bulu merupakan peringatan Tuhan. Jika Tuhan memang senang memberi peringatan tentu “barang” ketua DPR nya yang direbut ulat bulu terlebih dahulu karena memang tidak tahu malu; tetap bersikukuh membuat gedung baru untuk dipakai tidur,” komentar I Wayan Bungut Lengut.</br></br>Jika memang setiap kali Ida Bethara emosi lantas membuat bencana—gunung meletus, gempa bumi, wabah rabies, wabah ulat—lantas apa yang akan dibuatnya jika Ida Betara merasa senang? Pasti hujan emas, gunung mengeluarkan uang serta angin yang membawa supermi.</br></br>“Karena sampai sekarangpun belum ada hujan emas, maka sampai jika kita ingin mempunyai uang kita harus bekerja mengeluarkan keringat, dan jika kepingin supermi mesti beli sendiri; artinya cuma satu: Ida Bethara tidak ada kaitannya dengan urusan gunung meletus maupun wabah ulat,” begitu kesimpulan I Wayan.</br></br>Mereka semuanya mengangguk-angguk setuju. Memang tidak ada yang suka jika dibilang Ida Betara dikatakan hipertensi atau emosi tinggi, sedikit-sedikit membuat bencana, sedikit-sedikit tersinggung.</br></br>“Ida Bethara kita memang santai, tidak senang marah-marah. Muara sungai di urug oleh investor, tanah milik pura di kontrakkan menjadi vila, pura yang dijadikan obyek wisata, upakara/upacara dijadikan proyek, tetap saja Ida Bethara kita santai.”</br></br>Ida Bethara percaya manusia sudah pintar, bisa berfikir sendiri, sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk.</br></br>“Manusia lahir sudah membawa otak. Itu artinya kita disuruh untuk berfikir, supaya tidak setiap ada bencana , kita langsung menyatakan bahwa itu kehendak Tuhan. Jika kita berfikir seperti itu, sepertinya rugi Ida Bethara memberi manusia kemampuan untuk berfikir (idep).</br></br>Artinya, urusan ulat tidak ada kaitannya dengan Ida Bethara.</br></br>“Bisa jadi wabah ulat bulu ini disebabkan oleh semakin berkurangnya populasi semut dan burung yang berfungsi memakan ulat. Bisa pula karena ulatnya tidak tahu soal KB. Apalagi sekarang ini lagi musim hujan sehingga terasa dingin , tentu ulatnya tidak mempunyai kegiatan lainnya selain sibuk “membuat anak” saja,” kata I Wayan lagi.</br></br>Mereka semua menggangguk setuju. Jika ulatnya tahu KB, tahu tingginya biaya sekolah, asuransi kesehatan, cicilan dan kredit di sana sini, tentu ulatnya tidak akan berani beranak, minimal bulunya akan lepas sehingga menjelma menjadi ulat yang botak karena stress memikirkan hidup.</br>Akan tetapi, sejelek-jeleknya ulat, dia tetap lebih baik dari orang jahat. Tidak ada orang jahat yang bisa berubah menjadi “kupu-kupu” (orang baik), apalagi menghasilkan benang sutra yang bagus (menghasikan sesuatu yang berguna).” Paling-paling orang jahat akan berubah menjadi orang yang bertampang insyaf dan tobat, ke sana kemari membawa-bawa nama Tuhan dan sepertinya paling tahu kehendak Tuhan.dan sepertinya paling tahu kehendak Tuhan.)
  • I Ketut Suwidja  + (Umbu, Daya tangkap tak nampaklah MembawakuUmbu,</br>Daya tangkap tak nampaklah</br>Membawaku di bawah museleum</br>Yang besar tak terkira</br>Batu perkasa penyangga udara?</br>Seraya mengamati batu batu tembok</br>Berwarna cadas namun keras</br>Dilepa sekian waktu berlalu</br>Siapa jadi pengap</br>Resah di tengah rumah</br>Buronan kampung halaman?</br>Menyapa</br>Dan mengapa hatiku bicara</br>Tanpa sepatah kata</br>Burung burung segera menampak darat</br>Tak mungkinbisa lewat</br>Dalama perangkap yang menjebak</br>Jadi pelarian di bawah kolong langit kita</br>Seraya melumatkan diri dari masing masing kecemasan</br>Umbu,</br>Air tenang dan misteri tak terlupakan</br>Kuyakinkan padamu</br>Bahwa kau dan aku menyadari keterbatasan itu</br>Di bawah matahari menyinarkan</br>nyala emasnya</br>Tanpa bimbingan menyinarkan nyala emasnya Tanpa bimbingan)
  • I Made Suastra  + (Undang-Undang dasar 1945 Pasal 32 ayaUndang-Undang dasar 1945 Pasal 32 ayat 2 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan ruang yang luas kepada daerah untuk berkiprah dalam setiap aspek kehidupan. Dalam penyelenggaraan Otonomi, daerah mempunyai kewajiban untuk melestarikan nilai-nilai sosial budayanya sebagai identitas manusianya. Sosok yang menunjukkan bahwa seseorang beridentitas manusia Bali dapat berwujud bahasa (dalam bentuk bunyi) dan tradisi (dalam bentuk fisik). Dalam kaitan ini hampir dalam setiap kesempatan simbol-simbol itu dipergunakan sebagai sebuah identitas manusia Bali dalam pergaulan baik nasional maupun Internasional. Simbol identitas inilah yang perlu dilestarikan jikalau kita ingin melestarikan manusia Bali seutuhnya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan sejauhmana bahasa Bali masih berfungsi sebagai simbol identitas manusia Bali pada era globalisasi ini. Pembahasan dalam kajian ini terfokus pada kajian identitas manusia Bali dari perspektif bahasa. Bahasa Bali sebagai salah satu simbol identitas dapat merupakan sebuah kebanggaan. Bukti-bukti dari sebuah kebanggaan ini dapat dilihat dari perkembangan pemakaiannya yang merupakan sebuah dinamika. Bahasa Bali pada dasarnya memiliki fungsi yang sangat penting untuk mengekspresikan khasanah budayanya. Akan tetapi pada masa global ini sesuai dengan proses alami, bahasa Bali mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan pemakaiannya. Dalam menyikapi perkembangan ini, tantangan bagi bahasa Bali baik secara internal maupun eksternal sangat perlu diinventarisir, sehingga dapat ditemukan langkah-langkah ke depan untuk mempertahankan bahasa Bali agar tetap dapat berfungsi sebagai salah satu simbol identitas manusia Bali. salah satu simbol identitas manusia Bali.)
  • Dewa Gede Purwita  + (Unsur seni lukis Tradisional Bali menganduUnsur seni lukis Tradisional Bali mengandung unsur naratif, ilustratif, figuratif, fungsional, hal tersebut membentuk struktur seni rupa Bali yang sangat erat kaitannya dengan keberadaan teks sebagai latar belakang penciptaannya. Penelitian ini bertujuan untuk membaca pengaruh yang diakibatkan oleh narasi sebagai hal yang mempengaruhi wimba dan cara wimba objek pada lukisan tradisional Bali yang difokuskan pada lukisan Sutasoma dengan gaya wayang Kamasan di Bale Kambang Kerta Gosa, Klungkung dan lukisan Prabu Salya oleh I Ketut Gede Singaraja. Metode penelitian ini mempergunakan metode penelitian seni kualitatif dengan desktiptif analitik, teori yang dipergunakan sebagai analisa adalah sistem Ruang-Waktu-Datar dari teori Bahasa Rupa. Hasil analisa menunjukan bahwa narasi membentuk sistem tata cara penggambaran seni lukis Tradisional Bali yang dapat dilihat dari cara pengaplikasian perspektif dari berbagai sisi, pola penggambaran figur tokoh yang mengganti ekpsresi wajah dengan gestur, juga kehadiran matra waktu yang simbolik. Melalui pembacaan dengan sistem Ruang-Waktu-Datar didapatkan bahwa lukisan tradisional Bali dipengaruhi oleh narasi yang sangat kuat tercermin dalam bahasa rupanya.angat kuat tercermin dalam bahasa rupanya.)
  • Agoes Andika  + (UPACARA DIRI Belum lagi usai irama genderUPACARA DIRI</br></br>Belum lagi usai irama gender</br>bermuara pada sudut malam ku</br>di atas nya suara lain juga bergema</br>tapi belum berakhir tanpa tarian</br>yang tertulis sejak lama</br>tangis pertama sampai</br>Lima puluh tujuh tahun disini</br>bersimpuh tanpa siapa siapa yang menyapa</br></br>A ... U ... M</br>aku ingin tetap menari dengan iramaMU</br>entah sampai dimana</br>dan kapan berakhir</br>aku hanyalah penari tanpa busana</br>yang melukis lakon sendiri</br>dengan irama angin</br>tangan dan kaki yang tiada</br>tanpa mata</br>tanpa telinga</br>juga jalan yang engkau buka</br>adalah garis tanganku</br>yang terus menabuh</br>dan menatap ramai di sekitar rumahku</br></br>adalah kesadaranku kini</br>didalam samadiku</br>dengan mata terbuka</br>suara sekecil apapun akan kutata</br>menjadi doa</br>menjadi lilin di malam hari</br></br>Baleagung, tengah hari 04032020 menjelang hari kelahiran 0503202004032020 menjelang hari kelahiran 05032020)
  • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Wabah virus SALCON menghantam Bali. Nagapuspa belum ditemukan. Epsilon marah besar. Haricatra menghilang ditelan Bumi!)
  • Ni Luh Sutjiati Beratha  + (Warga Bali yang tinggal di Desa Ubud, KabuWarga Bali yang tinggal di Desa Ubud, Kabupaten Gianyar adalah bilingual karena mereka mampu menggunakan lebih dari satu bahasa. Berdampingan dengan Bahasa Bali, terdapat pula beragam Bahasa seperti Bahasa nasional Indonesia, dan Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Korea, dll. Orang Bali pada masa kini kesulitan dalam menggunakan Bahasa Bali sehingga mereka umumnya menggunakan bahasa ‘campuran,’ yaitu gabungan antara Bahasa Bali dengan Bahasa Indonesia, Mandarin ataupun Korea, dll. Fenomena ini mungkin menjelaskan bahwa Bahasa Bali semakin termarjinalisasi. Paper ini bertujuan untuk meneliti bahasa apa saja yang digunakan dalam lingkungan Bahasa Bali, karena berdasarkan tradisi, lokalitas berbasis ekologis sangatlah penting untuk dijelaskan karena ini memiliki hubungan yang erat dengan keberlangsungan penggunaan Bahasa Bali, serta lingkungan alami dengan keragamannya. Pendekatan sosiokultural, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep keragaman bahasa yang dikaitkan dengan eksistensi sebuah bahasa digunakan dalam paper ini. Metode kualitatif berbentuk teknik observasi dan wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi. Teori-teori berkaitan dengan penggunaan bahasa digunakan untuk menganalisa data. Hasil studi menunjukkan bahwa marginalisasi Bahasa Bali memang terjadi dikarenakan adanya sejumlah group etnis imigran yang hidup di Desa Ubud. Desa ini telah dihuni oleh ekspatriat yang datang dan menetap di Ubud. Alasan mereka memilih Ubud dibandingkan wilayah lainnya adalah karena bisnis pariwisata, perkawinan lintas budaya, budaya Bali dan kesenian, dll. Kondisi dimaksud mempengaruhi pilihan dan penggunaan berbagai bahasa.hi pilihan dan penggunaan berbagai bahasa.)
  • Wayan Kerti  + (Wayan Kerti Lakon Semesta Matahari telWayan Kerti</br></br>Lakon Semesta </br></br></br>Matahari telah usai sajikan hidangan pagi </br>di meja perjamuan semesta </br>desau pepohonan</br>melantun dari balik rimbun </br></br>Sayup di kejauhan</br>kecipak riak telaga memetik dawai harpa </br>ada nyanyian alam</br>syahdu dan melenakan sukma</br></br>Tabir menyemburat berbias biru di bingkai waktu </br>memantulkan cahaya</br>di bentang samudra </br></br>Genta alam </br>berdenting menyusup di setiap pori-pori kembang </br>mewangi menyelimuti hamparan semesta</br></br>Segerombolan burung-burung</br>menukik dari gugus awan </br>serupa jalinan sutra </br>silih berganti kepakkan sayap </br>kabarkan berita</br></br>Pada butiran enau </br>menggantung janji manis kisah semesta </br>dalam lakon hati berbunga </br>menyuarakan girang batin</br>dalam tarian alam</br>mengusir mendung di cakrawala</br></br>Setangkai pagi </br>di hangat Sasih Kedasa¹ </br>terangkai kisah semanis madu </br>tentang nyanyian di belantara </br>serta bentang wana </br>tentang panen beragam-rupa </br>melimpah-ruah </br></br></br>Sasih Kedasa¹: Sasih ke-10 dalam perhitungan tahun saka (bulan April, tahun masehi) diyakini sebagai renungan suci dalam hal pengendalian diri dan hawa nafsu dalam keyakinan agama Hindu.an hawa nafsu dalam keyakinan agama Hindu.)
  • I Gusti Ayu Diah Yuniti  + (WHO atau badan kesehatan dunia telah menetWHO atau badan kesehatan dunia telah menetapkan Covid-19 sebagai sebuah pandemi. Pada bulan Februari 2020, WHO juga mendeklarasikan novel corona virus pada tubuh manusia sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Covid-19 memiliki dampak yang sangat luar biasa bagi perekonomian Bali dan sektor pariwisata. Pemerintah menyatakan bahwa Bali sangat terdampak oleh Covid-19 dimana pariwisata terhenti dan 96& hotel tutup sementara. Akibatnya, banyak pemutusan hubungan kerja dan komunitas banyak yang menjadi pengangguran. Kehidupan menjadi cukup mengkhawatirkan. Covid-19 sangatlah berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Bali di masa datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak Covid-19 terhdapat kebutuhan makanan, kebutuhan pokok, dan daya tahan komunitas di wilayah Bali. Populasi sebanyak 1500 orang dengan kisaran usia 15-60 tahun dan bekerja di sektor pariwisata. Jumlah sampel adalah 150 responden atau 10% dari total populasi. Data dikumpulkan terkait dengan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari rumah tangga selama pandemic. Analisa deskriptif berbentuk grafi, table, dan gambar. Temuan utama, selama kurun waktu 60 hari outbreak Covid-19 di masyarakat, telah terinfeksi 343 orang, sembuh 232 orang, dan meninggal 4 orang. Tekanan kepada sektor pariwisata di Bali menyebabkan perekonomian menjadi kolaps. Sebagian besar dari 80% pekerja sektor informal di Bali diberhentikan, yang kemudian meningkatkan jumlah pengangguran terbuka di Bali. Keaslian, bahwa 95% dari penduduk Bali mengalami perubahan dalam perilaku sosial, gaya hidup, dan menjaga kebersihan lingkungan. Kecemasan terhadap Covid-19 masih dikategorikan wajar dan tidak menyebabkan disfungsi sosial. Terlepas dari kesulitan berinteraksi antar komunitas, berdiam diri di rumah 75% kekerabatan menguat.berdiam diri di rumah 75% kekerabatan menguat.)
  • Luh Yesi Candrika  + (Wibisana tidak dapat menyembunyikan kesediWibisana tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, saat mengetahui kakak tertuanya Rahwana telah gugur di medan perang. Sekali pun Rahwana berada dalam jalan ketidak benaran, Wibisana merasa bersedih hati, meratapi kepergian saudara kandungnya itu. Pada saat itu juga, Rama pun hadir menghibur hati Wibisana yang sedang diliputi mendung kedukaan. Rama memuji Rahwana sebagai seorang yang terpuji melakukan tapa dan terkenal sebagai raja besar dunia yang tidak gentar gugur di medan perang. Setiap orang yang gugur dalam pertempuran mendapatkan sorga (prasasta sira nguni sampun tapa, gahan ta sira cakrawartting jagat, pejah sir ataman surud ring rana, asing mati mamuk ya moksatmaka).. Demikianlah sang maha bijaksana, senantiasa memberikan keteduhan dan memberikan kesejukan dalam setiap kata-katanya. Kemenangannya atas kekalahan Rahwana tidak menjadikan Sang Rama jumawa. Ia justru menempatkan dirinya dalam suasana kedukaan di Kerajaan Alengka. Kemudian, Rama pun meminta Wibisana yang memiliki perilaku susila dan patuh pada ajaran agama untuk memimpin kerajaan. Selanjutnya, nasihat-nasihat Rama itu pun dialirkannya pada Wibisana.</br></br>Salah satu fragmen dalam Kakawin Ramayana di atas, memberikan wawasan yang penting mengenai persoalan pemimpin (orang yang memimpin) dan kepemimpinan (cara memimpin), yang dapat dipelajari dalam konteks kehidupan saat ini. Pemimpin sering kali menjadi figur keteladan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin atau raja hendaknya berperilaku baik dan mendidik sehingga layak dijadikan contoh. Kakawin Nitisastra telah mempertegas hal tersebut bahwa kewajiban seorang raja memberi pelajaran kepada segenap rakyatnya, dari golongan utama, madya, nista sekalipun. Pemimpin harus mendidik mereka berkelakuan baik (tingkahnikang prabhu sumiksa ri bhretya sanggya, sakwehnya kottama kamadhya lawan kanista, yeka warah warahaneka ya karma yukti). Untuk itu, penjadi pemimpin tidaklah mudah sehingga ada istilah bahwa sebelum memimpin orang lain, hendaknya terlebih dahulu belajar memimpin diri sendiri. Hal ini pun dinasehatkan Rama kepada Wibisana bahwa diri pribadi hendaknya dinasihati terlebih dahulu dengan inti kebenaran. Kemudian, setelah yakin berpegang dan melaksanakan ajaran agama, maka para hulubalang dan menteri pun akan mengikuti (awakta rumuhun warah ring hayu, telas ta mapageh magom agama, teke rikang amatya mantra tumut).</br></br>Lebih lanjut, selain Kakawin Ramayana dan Kakawin Nitisastra yang telah diungkapkan di atas, ajaran-ajaran kepimimpinan yang tersimpan dalam karya sastra lainnya sebagai dokumen intelektual sangat baik untuk dibaca, direnungkan, dan diamalkan. Misalnya, dalam teks Kakawin Sutasoma yang menekankan cinta kasih dalam kepemimpinan, Geguritan Niti Raja Sasana yang memuat tentang nilai-nilai dari seorang pemimpin, Udyogaparya, Arjunawiwaha, dan lain sebagainya. Teks-teks ini memberikan rujukan penting untuk para pemimpin dalam memangku tanggung jawabnya. Hanya saja, sejauh mana kegiatan literasi dilakukan oleh seorang pemimpin? Jika tidak melalui aktifitas literasi dengan kegiatan membaca salah satunya, lalu dari manakah sumber pengetahuan seorang pemimpin itu? Apalagi pemimpin yang hendak dijadikan panutan oleh masyarakat?</br></br>Sejauh ini, dalam catatan sejarah sosok pemimpin Bali yang dikenal kepemimpinannya, yaitu I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Denpasar. Raja Badung yang juga dikenal dengan sebutan Cokorda Mantuk Rinng Rana memimpin perang puputan saat melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 September 1906. Sementara itu, kepemimpinan I Gusti Ngurah made Agung sebagai raja Badung, memiliki kekuasaan yang tidak hanya dirasakan di Badung, tetapi juga di Bali pada umumnya. Konsentrasi Belanda yang menganggap raja Badung adalah representasi kekuatan Bali yang menyebabkan Belanda mengarahkan perhatiannya ke wilayah ini.</br></br>I Gusti Ngurah Made Agung sebagai seorang pemimpin yang bersenjatakan keris, juga mempersenjatai dirinya dengan pisau tulis. Maksudnya, beliau melakukan aktifitas literasi dengan mengarang sejumlah karya sastra. Untuk itu, beliau juga disebut sebagai pemimpin yang bertongkatkan sastra. Sejumlah karya sastra yang beliau tulis seperti, Geguritan Loda, Niti Raja Sasana, Hredaya Sastra, Dharma Sasana, Nengah Jimbaran, dan Purwa Sanghara (Agastia, 2006: 7). Kemampuan mengolah rasa dan bahasa yang dimiliki oleh I Gusti Ngurah Made Agung sangat luar biasa. Misalnya dalam salah satu karyanya yang berjudul Geguritan Dharma Sasana, beliau menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan bahasa Jawa-Mlayu (Basa cara Jawa Mlayu). Selain itu pada Geguritan Cara Mlayu (Geguritan Nengah Jimbaran), I Gusti Ngurah Made Agung menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan bahasa Mlayu. Sementara itu, pada geguritan yang terpanjang dan terbesar yang beliau tulis, yaitu Geguritan Purwa Sanghara menggunakan bahasa Bali dengan jenis tembang ala Surakarta (nanging tembang cara Surakarta/ basa Bali pangikete). Demikianlan seorang pemimpin yang bersastra, mampu menuntun rakyatnya pada jalan kebenaran. </br></br>Pemimpin yang mampu menuntun jika diumpamakan dalam sebuah banawa (kapal), maka seorang pemimpin adalah nahkodanya. Seorang nahkoda di sebuah kapal, memiliki peranan sebagai penyelamat atau dapat pula menjadi penyebab atas kematian dan kesengsaraan para penumpangnya saat badai besar menyerang. Pemimpin yang dapat menjadi payung peneduh (catraning jagad), yaitu melindungi dan mengayomi seluruh rakyatnya secara adil sehingga mewujudkan kesejahteraan hidup.l sehingga mewujudkan kesejahteraan hidup.)
  • Raechelle Rubinstein  + (Women of the Kakawin World adalah studi seWomen of the Kakawin World adalah studi sejarah tentang pengalaman wanita, khususnya wanita kerajaan dan rekan-rekan mereka, di istana Jawa pra-Islam dan Bali modern awal. Creese memanfaatkan latar belakangnya di bidang filologi untuk meneliti kumpulan epos kakawin (puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dalam syair) yang digubah di pusat-pusat istana selama lebih dari satu milenium, karena mereka memberikan wawasan yang kaya tentang kehidupan perempuan yang tidak tersedia dari tempat lain. Dengan ketertarikannya pada representasi perempuan, buku ini memberikan kontribusi yang berharga bagi studi gender di Indonesia, terlebih lagi karena banyak berfokus pada periode kontemporer. Ini juga merupakan studi penting tentang institusi sosial pacaran dan pernikahan. Akhirnya, meskipun ini bukan tujuan utama buku ini, buku ini berkontribusi pada pengetahuan tentang genre kakawin dengan menganalisis kakawin dari perspektif baru.menganalisis kakawin dari perspektif baru.)
  • Raechelle Rubinstein  + (Women of the Kakawin World adalah studi seWomen of the Kakawin World adalah studi sejarah tentang pengalaman wanita, khususnya wanita kerajaan dan rekan-rekan mereka, di istana Jawa pra-Islam dan Bali modern awal. Creese memanfaatkan latar belakangnya di bidang filologi untuk meneliti kumpulan epos kakawin (puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dalam syair) yang digubah di pusat-pusat istana selama lebih dari satu milenium, karena mereka memberikan wawasan yang kaya tentang kehidupan perempuan yang tidak tersedia dari tempat lain. Dengan ketertarikannya pada representasi perempuan, buku ini memberikan kontribusi yang berharga bagi studi gender di Indonesia, terlebih lagi karena banyak berfokus pada periode kontemporer. Ini juga merupakan studi penting tentang institusi sosial pacaran dan pernikahan. Akhirnya, meskipun ini bukan tujuan utama buku ini, buku ini berkontribusi pada pengetahuan tentang genre kakawin dengan menganalisis kakawin dari perspektif baru.</br></br>Ulasan lengkap dari buku ini tersedia di: https://ecommons.cornell.edu/handle/1813/54386s://ecommons.cornell.edu/handle/1813/54386)