Tat Wam Asi Sebagai Landasan Moral Untuk Saling Asah, Asih, Asuh

From BASAbaliWiki
Title (Indonesian)
Tat Wam Asi Sebagai Landasan Moral Untuk Saling Asah, Asih, Asuh
Title (Balines)
Tat Wam Asi Sebagai Landasan Moral Untuk Saling Asah, Asih, Asuh
Original title language
Indonesian
Photo Reference
Fotografer
Photograph credit
Religion or culture
Category
Author(s) / Contributor(s)
  • Putu Ayu Cintya Puspita Dewi
Institution / School / Organization
SMA Negeri 1 Gianyar
Related Places


    Add your comment
    BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    Videos

    Description


    In English

    In Balinese

    In Indonesian

    Om Swastyastu.

    Umat Sedharma yang berbahagia. Mimbar Hindu kali ini membahas tentang salah satu nilai dalam ajaran Agama Hindu yaitu Tat Twam Asi. Umat Sedharma. Kehidupan yang harmonis dan damai tentu menjadi impian dan juga harapan bagi semua orang. Dari lingkup yang paling kecil dalam sebuah keluarga hingga lingkup yang lebih besar, yaitu dalam sebuah negara, bahkan di dunia. Kehidupan yang damai tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya toleransi yaitu sikap saling menghormati, menghargai, memahami, maupun saling menerima adanya perbedaan yang ada. Karena perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat kita hindari.Susastra Suci Weda mengajarkan tentang sebuah nilai yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai. Sebuah nilai luhur yang harus dilestarikan dan patut kita tumbuh suburkan dalam sikap hidup keseharian kita. Dalam Chandhogya Upanishad VI.8.7 tersurat sebuah Maha Vakya atau semboyan utama yaitu Tat Twam Asi yang merupakan nilai yang sangat luhur, yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam membangun sebuah kehidupan yang rukun dan damai. Tat Twam Asi mengandung arti bahwa ‘itu adalah engkau, engkau adalah dia’. Kata ‘itu’ bermakna sebagai Brahman atau Sumber segala kehidupan. Sedangkan kata ‘engkau’ adalah merupakan Atman atau jiwa yang menghidupi semua makhluk. Dengan demikian dapat kita maknai bahwa jiwa yang bersemayam dalam setiap manusia adalah berasal dari sumber yang sama yaitu Brahman atau Tuhan sendiri. Ajaran Tat Twan Asi merupakan dasar dari Tata Susila Hindu di dalam usaha untuk mencapai perbaikan moral. Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina hubungan yang selaras dan seimbang serta rukun di antara sesama. Sebagai landasan dalam membina hubungan yang selaras, maka kita dapat mengimplementasikan ajaran Tat Twan Asi ini dengan dengan beberapa cara: 1) Melakukan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama maupun norma yang berlaku dalam masyarakat yang timbul dari hati kita sendiri (bukan merupakan paksaan). 2) Bertanggung jawab atas segala tindakan yang kita lakukan. 3) Lebih mendahulukan kepentingkan bersama dari pada kepentingan pribadi. Menumbuhkan sikap toleransi antar sesama dapat mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai, sikap tenggang rasa, serta tidak menyakiti perasaan orang lain. Nilai luhur Tat Twam Asi ini di dalam falsafah hidup orang Jawa diwujudkan melalui sikap Tepa Slira, yang artinya bahwa kita harus mampu merasakan apa yang orang lain rasakan. Tentu kita tidak boleh menyakiti orang lain, apabila kita juga tidak ingin merasakan sakit yang sama. Tepa slira memiliki tujuan yang sama dengan nilai Tat Twam Asi yaitu terciptanya keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan. Perbedaan suku, agama, ras, maupun golongan, bukanlah sebuah penghalang untuk hidup bersama dalam suasana yang damai, saling menghargai, saling menghormati, serta saling memahami segala perbedaan yang ada. Hal terpenting adalah bagaimana kita bisa mawas diri, mampu mengendalikan diri untuk tidak memaksakan semua kehendak kepada orang lain, menghormati, dan menghargai perbedaan di antara kita. Dari Maha Wakya Tat Twam Asi ini pula, kita diharapkan mampu untuk bercermin diri bahwa sebenarnya kedudukan sebagai sesama manusia adalah setara, itu adalah engkau, dan engkau adalah dia juga. Wasudaiwa Kutumbakam, bahwa kita semua adalah bersaudara. Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah. Rukun akan menjadikan kita kuat dan kokoh, sedangkan pertengkaran akan menimbulkan kekacauan dan kehancuran.

    Om Shantih Shantih Shantih Om.